Fenomena Astronomi Gerhana Bulan kembali bisa disaksikan di Tomohon. Tepatnya di kaki Gunung Lokon, pada Jumat 19 November 2021 mulai pukul 5 WITA sore.
Sebelum matahari terbenam di ufuk Barat, saya bersama para siswa yang tergabung dalam Klub Astronomi Losnito, yang didampingi Mario Kojongian, guru Astronomi, bergegas menuju ke pelataran Kubah Mount Lokon Observatory (MLO) di lantai tiga gedung SMA Lokon di sebelah Barat.
Pada saat itu juga, Mario telah mengeluarkan teleskop model Meade LX-200 GPS yang kami sebut "Sky Watcher" dari dalam kubah.
Lalu, persis di depan pintu kubah, teleskop diletakkan. Posisi teleskop mengarah ke Bulan di sebelah Timur dan disetel oleh Mario agar bisa melihat gerhana dengan lebih persisi. Sementara 20 siswa kelas XII mengamati proses persiapan itu.
Mario juga mengeluarkan hapenya dan meletakkan di atas lubang teleskop. Tentu saja, fokus kamera hape beberapa kali dilakukan penyesuaian pada objek agar menghasilkan foto yang tidak blur.
Begitulah cara kami mengamati fenomena astronomi yang dapat disaksikan di langit Tomohon. Yang kami lakukan ini adalah sama, pada saat kami menyaksikan Gerhana Bulan Total atau "Super Blood Moon" (26/5/2021) yang lalu.Â
Klik DI SINI untuk membaca artikel Super Blood Moon.
Mengapa Gerhana Bulan Sebagian
Dari berbagai sumber berita, gerhana bulan Jumat (19/11/2021) sore ini dikenal dengan sebutan Gerhana Bulan Sebagian. Fenomena astronomi ini menjadi yang terlama di abad 21 dan yang ke-45 dan peristiwa ke-71 gerhana dalam Seri Saros-126.
Para siswa sempat bertanya, mengapa disebut Gerhana Bulan Sebagian?
"Gerhana bulan sebagian adalah kondisi ketika sebagian permukaan bulan tertutupi oleh inti bumi atau umbra bumi. Semakin bulan menuju ke pusat bayangan pada saat gerhana terjadi, maka durasi gerhana akan semakin lama," kata Andi kepada Kompas.com, Rabu (17/11/2021).
"Pada Seri Saron untuk Gerhana Bulan diawali dengan gerhana bulan penumbra, yakni saat Bulan memasuki penumbra Bumi, kemudian perlahan memasuki umbra Bumi, sehingga terjadi gerhana bulan sebagian" Â
Penjelasan bapak Andi Pengerang, peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu memberikan pengetahuan tambahan kepada para siswa tentang gerhana bulan.
Pengamatan
Dengan menggunakan teleskop yang kami miliki, selain mendapatkan foto-foto, masing-masing siswa juga bisa melihat langsung gerhana bulan tersebut.
"Permukaan tanah bulan terlihat tidak rata dan seperti banyak lubang. Area gelap pada bulan itu bayangan hitam yang menutupi bulan meski hanya sebagian. Setelah gerhana berlalu, bulan bersinar dengan terang" kata Keho Horatian mewakili teman-temanya.
Hampir semua yang ikut dalam pengamatan gerhana bulan sebagian kemarin itu, merasakan ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Â
Terasa sekali udara lebih dingin dari biasanya. Suara alam begitu senyap. Bersamaan dengan itu, ketika kami melihat ke atas, langit tampak biru tua dan bersih tanpa awan sekali pun. Inikah dampak alam ketika terjadi gerhana bulan? Sesaat kami terdiam bisu.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI