Merancang Sekolah Alam
Tak dipungkiri, hiruk pikuk Sirkuit Mandalika menjadi buah bibir semua pihak dari berbagai belahan dunia. Siapa yang tidak suka menonton balapan motor secara langsung ketimbang melalui layar kaca?
Saya menjadi teringat saat dulu waktu sekolah mengadakan study tour. Kami selalu diingatkan oleh Pak Ibu Guru bahwa tujuan study tour itu untuk meningkatkan kecerdasan dan kreativitas murid yang mengikuti kegiatan wisata.Â
Tak heran, tempat-tempat yang memiliki nilai tambah sebagai sebuah area wisata, seperti kawasan perkebunan, kebun binatang, tempat penangkaran hewan langka, pusat-pusat penelitian masuk dalam rencana perjalanan study tour.
Selain pembangunan infrastruktur plasa Mandalika yang harapkan berbasis edukasi, isu-isu global seperti perubahan iklim, pencemaran sampah plastik, polusi udara dan lainnya bisa menjadi materi pelajaran jika pihak-pihak terkait memiliki kehendak baik untuk menjadikan tempat usaha sebagai sekolah alam.
"Jangan membuang sampah sembarang. Laut bukan jamban sampah. Sampahmu derita anak cucuku."Â
Tulisan ini sering dipajang di pojok-pojok ruang publik. Kalau di luar negeri, hampir semua tempat wisata bersih. Tapi kalau di Indonesia, mengapa sampah masih menjadi masalah.Â
Jika ruang dijaga terus kebersihan, ini bisa menjadi sekolah alam tentang pentingnya budaya bersih. Apa gunanya membangun plasa modern kalau kebersihan tidak dijaga? Kalau tempatnya bersih, orang juga segan buang sampah sembarang.Â
Mari mencerdaskan anak cucu bangsa Indonesia melalui wisata edukasi di Kawasan Sirkuit Mandalika. Jadikan warisan budaya berbasis edukasi.