Begini. Rasa ingin tahu tentang bagaimana Glamping Kema Merbabu dikelola dan bagaimana cara promosinya, saya sampaikan langsung ke Mas Boni. Termasuk kalau saya nginap lalu bisa beraktifitas apa saja. Soalnya, mas Boni tidak pernah menyinggung kolam renang. Ya maklum, di tempat dingin ini, lebih baik tidak tersedia kolam renang. Kecuali ada sumber air panas kayak di Cipanas Garut atau Ciater Lembang.
"Di sini malam-malam BBQ, pasti asyik lho mas Boni. Sayang belum tersedia paketnya ya?" tanya saya. Mas Boni menjawab, memang paketnya belum ada. Tapi ide ini akan saya sampaikan ke pimpinan kami.
"Oh ya pak. Besok pagi kami akan memberikan pelayanan spesial berupa trekking ke kebun warga dan silahkan nanti sambil petik sayur. Bisa sayur kol, wortel atau cabai. Lihat situasi saja nanti ya pak" lanjut mas Boni.
Trekking dan petik sayur langsung saya sanggupi karena di masa pandemi kita tidak boleh mager alias malas gerak. Gerakkan badan agar tetap menjaga kondisi fit sehingga imunitas terjaga juga. Nah, mau tahu keseruan trekking itu, silahkan menonton di video saya
Akhirnya, saya memahami arti kata "staycation" di Glamping Kema Merbabu. Tak heran, salah satu platform pesanan tiket, hotel dan liburan sering menawarkan paket liburan "staycation" kepada para membernya.
"Staycation" itu gabungan dari dua kata "stay" dan "vacation" yang kemudian dimengerti sebagai kondisi di mana masih tetap berlibur dan keluar rumah tetapi tidak jauh (tidak ke luar negeri atau ke luar pulau) dan masih tetap tinggal dalam rumah dan beraktifitas di sekitar tempat menginap.
Dan itulah yang pengalaman liburan saya di Kema Merbabu, glamping baru di lereng Gunung Merbabu yang membuat saya bisa menikmati sensasi "staycation". Tertarik? Silahkan menginap di situ.
Untuk harga, saya dikenai biaya per malam sebesar 550 ribu.
Salam Koteka, dibawa ke mana saja, tiada gantinya.