Di malam hari udara tidak terlalu dingin meski angin laut mengarah ke teras penginapan. Justru suara deru ombak laut terasa makin keras dan saya rasa tidak pernah berhenti hingga pagi harinya.
Makan pagi disediakan secara unik. Nasi rames yang dibungkus daun jati.
Pantai Mbuluk, di siang hari, memiliki banyak spot untuk foto. Di atas batu karang yang di bawahnya tersapu hempasan air laut atau di jalan setapak yang dibuat menempel tebing bukit karang.
Mau berbasah-basah dengan air laut juga bisa. Pantai berpasirnya tidak luas, tapi masih bisa untuk main basah. Saya melihat seorang bapak sedang melayani pembeli ember plastik ukuran kecil dan jaring tangkap ikan.
Wisatawan dan anaknya yang beli ember dan jaring ikan tadi menuju ke pantai yang berbatuan. Jaring ikan berukuran kecil dipakainya untuk menangkap ikan hias yang terjebak di bebatuan. Setelah ikan tertangkap, dimasukkan ke ember kecil. Senyum mengembang pada anak kecil itu, puas mendapatkan ikan hias itu.
Menginap semalam di Pantai Mbuluk sambil menikmati suasana alam lingkungannya, betul-betul mirip di pantai Bali. Tak perlu jauh-jauh terbang ke Bali. Di Mbuluk ini, bagi saya cukup untuk melepas kelelahan rutinitas di kantor.
Terbayar sudah, meski harus merogoh kocek sebesar 500 ribu untuk semalam. Keletihan perjalanan dari Manado langsung sirna. Yang penting saya bisa menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan dengan nyaman di masa PPKM.
Salam Prokes. Salam Koteka. Selamat menonton video liputan saya.