Berbeda dengan pantai Chrystal, pantai Kelingking lebih menyuguhkan keindahan perbukitan di pinggir pantai. Anda harus turun ke bawah untuk sampai ke pasir putih pantainya.
"Saya mau turun ke bawah dan berenang di pantai karena pasirnya putih dan airnya bersih" kata Jay kepada saya sambil membayangkan kontur tanahnya yang bertebing dan jalannya yang menurun curam. "Bisa turun tetapi tidak bisa naik" batin saya mengingat badan saya yang cukup berat.
Kami meninggalkan lokasi pantai Kelingking setelah matahari terbenam. Saat "sunset" kami sempat menikmati indahnya perpaduan warna langit semburat merah menerpa di atas permukaan air laut.
Dari penginapan ke lokasi wisata, rata-rata berjarak 1 jam lebih perjalanan. Tidak semua jalan sudah beraspal mulus. Saat melewati jalan yang belum aspal dan berbatuan kapur, harus ekstra hati-hati karena harus menghindari lubang jalan.
Sekitar 2 km ke arah Broken Beach atau Pantai Pasih Uug, jalannya menurun dan belum di aspal. Di jalan berbatu yang menurun agak tajam inilah kami jatuh dari sepeda motor. Akibatnya, lutut dan "jempol" kaki saya lecet-lecet berdarah.
Di warung kami ngobrol dengan dua orang ibu dari Surabaya, yang katanya menunggu suaminya tak kunjung datang. Saat saya tanya kenapa, ternyata suami dan anaknya kecelakaan sepeda motor di lokasi tempat saya jatuh. Saya tunjukkan luka kaki saya, bahwa saya juga barusan jatuh dari sepeda motor saat menuju ke pantai Pasih Uug.
 "Mewaspadai iklim saat berlibur sangat penting demi keselamatan. Jangan lupa, informasi prakiraan cuaca dari BMKG terus dipantau" kata saya kepada Jay saat keluar dari kapal.  Ini saya katakan karena tadi saat menyeberang menuju Bali, hujan turun deras sekali sehingga ombak menggoyang kapal kami. Namun, kami tiba di pelabuhan Tribuana dengan selamat.