Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

HUT 73 RI, Pawai Itu Kerja Keras Tim

19 Agustus 2018   18:13 Diperbarui: 19 Agustus 2018   18:27 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kerja Kita, Prestasi Bangsa" itulah tema peringatan HUT RI ke 73 yang digulirkan oleh Pemerintah Pusat. Walikota Tomohon, Jimmy F. Eman, SE. Ak., mengatakan tema itu memotivasi kita semua untuk bekerja, bekerja dan bekerja. "Di zaman yang modern ini, bekerja melawan kemiskinan, kebodohan dan lainnya adalah penting dan yang utama, bekerja bersama untuk prestasi bangsa" tegas Walikota usai upacara bendera di halaman kantor Walikota, Jumat pagi (17/8/2018).

Semarak HUT RI 73 kemudian dilanjutkan dengan pawai yang diikuti oleh seluruh sekolah yang ada di kota Tomohon. Pawai Peringatan HUT RI ini sudah menjadi tradisi dan selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Bahkan beberapa turis berwisata ke Tomohon hanya untuk menonton kemeriahan pawai.

Sebelumnya, Pemkot Tomohon melalui Dinas Pendidikan menggelar Pawai Bocah (14/8). Pawai ini diikuti oleh 99 sekolah kelompok PAUD/TK dan 68 sekolah tingkat SD serta para guru. "Pawai ini bertujuan untuk mengingatkan kepada anak-anak kita, bahwa para pejuang dulu dengan susah payah melawan penjajah demi merebut kemerdekaan.

Demikian juga, anak-anak harus berjuang, harus giat belajar untuk meraih cita-cita di masa datang" tutur Wakil Walikota Tomohon, Syerly Adelyn Sompotan (SAS) saat menerima peserta pertama di pangung penghormatan Kompleks Menara Alfa Omega.

Marching Band | Dokumen Pribadi
Marching Band | Dokumen Pribadi
MB Lokon | Dokumen Pribadi
MB Lokon | Dokumen Pribadi
Uniknya, beberapa peserta memakai kostum tarian kabasaran, kostum TNI/POLRI, kostum tokoh-tokoh agama, dan tak ketinggalan kostum bermotif bunga, sebagai identitas kota bunga Tomohon. Di antara mereka, lantunan musik dari drum band siswa SD membuat pawai semakin ramai dan seru.

Pawai Pembangunan dalam rangka HUT RI ke 73 digelar pada hari Rabu (15/8). Aneka mobil berhiaskan bunga-bunga Kulo dan Kristi (bunga Krisan) yang endemik Tomohon, ikut memeriahkan dalam pawai pembangunan. Kali ini, peserta berasal dari SKPD/Dinas-dinas, Keluraham, Sekolah dan ormas-ormas atau pun komunitas-komunitas.

Saya melihat beberapa peserta membawa hasil bumi atau makanan kuliner khas Tomohon kepada para pejabat dan tamu undangan yang berada di panggung penghormatan. Makanan seperti ragey, dodol, sayuran, ubi, cakalang, pisang goreng, gula semut (aren) dan lainnya terlihat menumpuk di meja sebagian pejabat telah makanaan siap saji.

Putri Bunga | Dokumen Pribadi
Putri Bunga | Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Siang itu (17/8), terik matahari cukup menyengat. Masyarakat Tomohon yang sudah duduk di trotoar  sepanjang jalan protokol kota Tomohon, tak peduli dengan sengatan matahari. Yang penting mendapat tempat nyaman untuk menonton pawai yang selalu diikuti atraksi-atraksi kreatif. Balutan kostum aneka warna dan macam yang dipakai oleh para peserta pawai, mewarnai indahnya pawai 17 Agustus 2018 dalam rangka HUT RI 73 di Tomohon.

"I Yayat U Santi" teriak wewene (perempuan) berpakaian merah kesatria perang dalam tarian perang Kabasaran sambil mengayun-ngayunkan peda (pedang) dan sambil melototkan matanya di hadapan penonton. Teriakan itu disambut oleh kelompoknya yang berpakaian seragam kabasaran, dengan mengatakan "iaaatttt" serentak sambil melenggak-lenggok badannya sesuai irama bunyi tabur.

Dalam budaya Minahasa, penari tarian kabasaran biasanya diperagakan oleh laki-laki. Tapi kali ini kelompok tari kabasaran SMK Familia, yang diperagakan oleh para siswi, bersemangat untuk menjadi Kesatria "Wulan" Kabasaran. Tak heran, tarian Kabasaran sudah menjadi kegiatan ekstra kulikuler dalam rangka melestarikan kebudayaan asli Tanah Toar Lumimuut.

I Yayat U Santi | Dokumen Pribadi
I Yayat U Santi | Dokumen Pribadi
Kestaria
Kestaria
Seni budaya Minahasa selain tarian Kabasaran (tarian perang) dengan kostum merah-merah yang dilengkapi asesori berupa topi bulu dan tengkorak hewan, juga ada musik bambu, musik kolintang tari katrili, dan tari maengket. Saya melihat dalam pawai HUT RI 73 kemarin beberapa sekolah menampilkan atraksi untuk melestarikan budaya Minahasa.

"Masih SD yang berjalan. Setelah ururtan ke 30, baru SMP lalu diikuti 9 sekolah tingkat SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi UKIT dan USRIT" jelas Tomy Moga, salah satu guru yang nanti ikut berbaris di rombongan SMA Lokon. Tommy bergabung dari depan SD St. Clara, karena di lokasi itu berbagai atraksi marching band dari SMA Seminari, SMK St. Familia, SMA Kristen, SMA Lokon secara bergantian menghibur masyarakat. Sekaligus dipakai untuk pemanasan sebelum tampil di muka panggung penghormatan.

Saya dan bersama tim jurnalis Lokon tiba di pusat kota sekitar jam 12 siang. Saat itu sedang melintas di jalan protokol kelompok SD. Lucu dan unik karena hampir semua siswi putri ber-make up cantik-cantik (dandan salon) ala fesyen yang berjalan di catwalk. Tak heran banyak perempuan Manado suka berdandan cantik karena sejak kecil sudah biasa pergi ke salon.

Sekitar pukul tiga sore, baru rombongan SMP melintas di jalan. Antusias para pelajar mengikuti pawai HUT RI rasanya semakin bertambah banyak. Tak hanya itu, setiap sekolah tampil kreatif dan apa yang ditampilkan tahun lalu menjadi acuan untuk tampil beda di tahun ini. Seragam yang dipakai para guru, selalu baru. Kostum siswa juga berbeda dengan seragam tahun lalu.

Atraksi SMP | Dokumen Pribadi
Atraksi SMP | Dokumen Pribadi
Majorette | Dokumen Pribadi
Majorette | Dokumen Pribadi
Di balik tampilan yang serba berkostum baru setiap tahunnya, tersirat semangat merayakan kemerdekaan dengan hati bangga. Bangga terhadap sekolahnya, bangga terhadap penampilan siswanya dan bangga kepada Indonesia yang tetap merdeka dan selalu diperingati.

Warga tak beranjak pulang sebelum kelompok SMA melintas di jalan, meski langit sore sudah meredup. "Kami menunggu atraksi display dari marching band-marching band SMA. Selalu menarik, kreatif, atraktif untuk ditonton dan menghibur" kata seorang ibu yang duduk dengan cucunya di atas trotoar.

atraksi mb | dokumen pribadi
atraksi mb | dokumen pribadi
Kelompok SMA satu per satu melintas di jalan. Hampir semua SMA memiliki kelompok marching band. Personil dalam setiap marching band terbagi dalam kelompok percussion line , hornline, drum Major dan majorette, field commander (gita pati), colour guard, dancer dan pompom girl. Jumlah personil marching band bisa mencapai lebih dari 100 siswa. Yang menarik dari marching band adalah kostumnya yang masing-asing kelompok berbeda sehingga sebagai kesatuan sungguh warna-warni dilihat.

Wawene | Dokumen Pribadi
Wawene | Dokumen Pribadi
Musik Bambu | Dokumen Pribadi
Musik Bambu | Dokumen Pribadi
"Setiap marching band diuji dalam display di muka panggung kehormatan. Menarik atau tidaknya tergantung paket displaynya. Biasa yang disukai penonton yang sifatnya memukau, entah dari dancernya, entak komposisi musiknya, entah koreografernya, entah atraksi dari hornline atau perkusi. Banyak hal bisa dinikmati" ujar Anggie salah satu pelatih Marching Band yang dituntut selalu tampil beda setiap peringatan HUT RI.

Entah kenapa SMA Lokon selalu tampil terakhir. Kata panitia HUT 73 RI, kalau Lokon lebih dulu tampil, penonton bisa bubar. Masak iya? Sudah menjadi pembicaraan umum di warga Tomohon, atraksi yang ditunggu-tunggu selain Lokon, juga marching band Seminari atau Smaker atau Familia.

Turis asing | Dokumen Pribadi
Turis asing | Dokumen Pribadi
Smaker | Dokumen Pribadi
Smaker | Dokumen Pribadi
HUT 73 RI di Tomohon kali ini semakin semarak karena dibalik penampilan atraksi para peserta pawai, semangat untuk kreatif, inovatif, tampil beda dan kekompakan tim, menjadi hak kemerdekaan yang patut disyukuri di era zaman ini.

"Tak masalah kalau kami (100 siswa lebih) menyiapkan hampir dua bulan siang malam untuk membangun kekompakan tim, kedisiplinan dalam berlatih, menyuguhkan kreatifitas seni dalam marching band" tutur Anggie, pelatih marching band dengan nada puas setelah anak asuhnya tampil keren di muka panggung kehormatan (liat video di bawah ini).

Sekali lagi Merdeka!!!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun