"Kerja Kita, Prestasi Bangsa" itulah tema peringatan HUT RI ke 73 yang digulirkan oleh Pemerintah Pusat. Walikota Tomohon, Jimmy F. Eman, SE. Ak., mengatakan tema itu memotivasi kita semua untuk bekerja, bekerja dan bekerja. "Di zaman yang modern ini, bekerja melawan kemiskinan, kebodohan dan lainnya adalah penting dan yang utama, bekerja bersama untuk prestasi bangsa" tegas Walikota usai upacara bendera di halaman kantor Walikota, Jumat pagi (17/8/2018).
Semarak HUT RI 73 kemudian dilanjutkan dengan pawai yang diikuti oleh seluruh sekolah yang ada di kota Tomohon. Pawai Peringatan HUT RI ini sudah menjadi tradisi dan selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Bahkan beberapa turis berwisata ke Tomohon hanya untuk menonton kemeriahan pawai.
Sebelumnya, Pemkot Tomohon melalui Dinas Pendidikan menggelar Pawai Bocah (14/8). Pawai ini diikuti oleh 99 sekolah kelompok PAUD/TK dan 68 sekolah tingkat SD serta para guru. "Pawai ini bertujuan untuk mengingatkan kepada anak-anak kita, bahwa para pejuang dulu dengan susah payah melawan penjajah demi merebut kemerdekaan.
Demikian juga, anak-anak harus berjuang, harus giat belajar untuk meraih cita-cita di masa datang" tutur Wakil Walikota Tomohon, Syerly Adelyn Sompotan (SAS) saat menerima peserta pertama di pangung penghormatan Kompleks Menara Alfa Omega.
Pawai Pembangunan dalam rangka HUT RI ke 73 digelar pada hari Rabu (15/8). Aneka mobil berhiaskan bunga-bunga Kulo dan Kristi (bunga Krisan) yang endemik Tomohon, ikut memeriahkan dalam pawai pembangunan. Kali ini, peserta berasal dari SKPD/Dinas-dinas, Keluraham, Sekolah dan ormas-ormas atau pun komunitas-komunitas.
Saya melihat beberapa peserta membawa hasil bumi atau makanan kuliner khas Tomohon kepada para pejabat dan tamu undangan yang berada di panggung penghormatan. Makanan seperti ragey, dodol, sayuran, ubi, cakalang, pisang goreng, gula semut (aren) dan lainnya terlihat menumpuk di meja sebagian pejabat telah makanaan siap saji.
"I Yayat U Santi" teriak wewene (perempuan) berpakaian merah kesatria perang dalam tarian perang Kabasaran sambil mengayun-ngayunkan peda (pedang) dan sambil melototkan matanya di hadapan penonton. Teriakan itu disambut oleh kelompoknya yang berpakaian seragam kabasaran, dengan mengatakan "iaaatttt" serentak sambil melenggak-lenggok badannya sesuai irama bunyi tabur.
Dalam budaya Minahasa, penari tarian kabasaran biasanya diperagakan oleh laki-laki. Tapi kali ini kelompok tari kabasaran SMK Familia, yang diperagakan oleh para siswi, bersemangat untuk menjadi Kesatria "Wulan" Kabasaran. Tak heran, tarian Kabasaran sudah menjadi kegiatan ekstra kulikuler dalam rangka melestarikan kebudayaan asli Tanah Toar Lumimuut.
"Masih SD yang berjalan. Setelah ururtan ke 30, baru SMP lalu diikuti 9 sekolah tingkat SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi UKIT dan USRIT" jelas Tomy Moga, salah satu guru yang nanti ikut berbaris di rombongan SMA Lokon. Tommy bergabung dari depan SD St. Clara, karena di lokasi itu berbagai atraksi marching band dari SMA Seminari, SMK St. Familia, SMA Kristen, SMA Lokon secara bergantian menghibur masyarakat. Sekaligus dipakai untuk pemanasan sebelum tampil di muka panggung penghormatan.
Saya dan bersama tim jurnalis Lokon tiba di pusat kota sekitar jam 12 siang. Saat itu sedang melintas di jalan protokol kelompok SD. Lucu dan unik karena hampir semua siswi putri ber-make up cantik-cantik (dandan salon) ala fesyen yang berjalan di catwalk. Tak heran banyak perempuan Manado suka berdandan cantik karena sejak kecil sudah biasa pergi ke salon.
Sekitar pukul tiga sore, baru rombongan SMP melintas di jalan. Antusias para pelajar mengikuti pawai HUT RI rasanya semakin bertambah banyak. Tak hanya itu, setiap sekolah tampil kreatif dan apa yang ditampilkan tahun lalu menjadi acuan untuk tampil beda di tahun ini. Seragam yang dipakai para guru, selalu baru. Kostum siswa juga berbeda dengan seragam tahun lalu.
Warga tak beranjak pulang sebelum kelompok SMA melintas di jalan, meski langit sore sudah meredup. "Kami menunggu atraksi display dari marching band-marching band SMA. Selalu menarik, kreatif, atraktif untuk ditonton dan menghibur" kata seorang ibu yang duduk dengan cucunya di atas trotoar.
Entah kenapa SMA Lokon selalu tampil terakhir. Kata panitia HUT 73 RI, kalau Lokon lebih dulu tampil, penonton bisa bubar. Masak iya? Sudah menjadi pembicaraan umum di warga Tomohon, atraksi yang ditunggu-tunggu selain Lokon, juga marching band Seminari atau Smaker atau Familia.
"Tak masalah kalau kami (100 siswa lebih) menyiapkan hampir dua bulan siang malam untuk membangun kekompakan tim, kedisiplinan dalam berlatih, menyuguhkan kreatifitas seni dalam marching band" tutur Anggie, pelatih marching band dengan nada puas setelah anak asuhnya tampil keren di muka panggung kehormatan (liat video di bawah ini).
Sekali lagi Merdeka!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H