Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memotret Indahnya Bekas Pabrik Gula "De Tjolomadoe"

30 Juli 2018   21:15 Diperbarui: 31 Juli 2018   17:25 2423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cafe dan Resto (dokpri)
Cafe dan Resto (dokpri)
Ruang duduk samping Cafe (dokpri)
Ruang duduk samping Cafe (dokpri)
Melangkah lebih dalam lagi, saya mendekati ruangan yang tertera tulisan Stasiun Ketelan. Karena revitalisasi stasiun ini dijadikan "cafe restoran" yang elegan menurut pandangan mata saya. Di sebelahnya, Stasiun Penguapan, kini dipakai untuk menjual kain batik khas Solo. Stasiun yang lain seperti Stasiun Karbonasi, ruangannya untuk pusat kerajian handmade.

Pengunjung yang lelah berkeliling tak perlu kuatir kalau haus dan lapar. Stasiun Besalen telah beralih fungsi sebagai kafe. Fasilitas toiletnya sangat modern dan jauh dari kesan jorok. Nampaknya, kemegahan gedung berbanding lurus dengan kebersihan toilet. Sudah jamannya, kita semua harus memiliki budaya bersih saat menggunakan fasilitas umum.

"Justru revitalisasi cagar budaya akan menjadi destrukksi" kritik pedas budayawan dan seniman Sardono Wahyu Kusumo sebagaimana dilansir oleh media detik.com (5/4/2018). Kegundahan hati Sardono disebabkan karena menghilangkan keaslian warisan budaya dan dialihfungsikan yang cenderung berbau bisnis berupa restoran, cafe, kios butik dan oleh-oleh.

Kios Butik (dokpri)
Kios Butik (dokpri)
Stasiun Penguapan (dokpri)
Stasiun Penguapan (dokpri)
Dua gedung yang menjadi andalan "De Tjolomadu" untuk konser berkelas internasional diberi nama Tjolomadoe Hall dan gedung pertemuan dan pernikahan diberi nama Sakara Hall. Kapasitas gedung Tjolomadoe Hall bisa menampung 2.500 orang, sedangkan Sakara Hall muat 1.200 orang.

Kemegahan "indoor" gedung memang patut diacungi jempol. Kesan "retro" masih melekat di hati wisatawan yang mampu membayangkan kilas balik sejarah PG Colomadu ini. Sebanding dengan ruangan dalam dalam gedung yang "wah", landskap "outdoor" gedung tak kalah indahnya.

Taman luar (dokpri)
Taman luar (dokpri)
Taman Rindang (dokpri)
Taman Rindang (dokpri)
Penataan taman dan lahan parkir sungguh bagus dan tertata rapi. Wisatawan bisa duduk leluasa sembari menikmati semilir angin dan mengamati bangunan raksasa bekas pabrik gula peninggalan zaman Belanda. Di muka gedung atau dekat jalan raya, terdapat amphiteatre mini, kata Satpam, dipakai untuk performance art.

Tiba-tiba hape saya berdering. Adik saya yang di Semarang telpon saya. Intinya dia ingin mengatakan bahwa pada waktu malam "De Tjolomadoe" tampak anggun dan menawan karena dihiasi oleh lampu-lampu yang warna-warni dan menimbulkan kesan romantis di hati.

Poster Noah, di depan pintu masuk (dokpri)
Poster Noah, di depan pintu masuk (dokpri)
Hall Konser (dokpri)
Hall Konser (dokpri)
"Yah, kok nggak bilang sebelum berangkat, kalau saya tahu, pasti kedatangan di Colomadu ini, bisa saya tunda saat malam tiba" balas saya menghibur diri. Apalagi nanti jam tujuh malam, NOAH akan menggelar eklusif konser bagi warga Surakarta.

Salam Kotekasiana. Salam traveling.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun