"Oke saya ikut naik ya" teriak saya untuk menyemangati diri dan menhilangkan rasa takut. Tak lama kemudian Yansen menarik tangan saya untuk memanjat tebing bebatuan kapur karts. Bahkan Yansen menuntun saya, menunjukkan bongkah batu mana yang harus dipegang dan mana yang harus diinjak. Tak hanya itu, Yasen juga memilihkan batang pohon mana yang kuat untuk dipakai pegangan dalam mendaki puncak bukit ini.
Puncak Bukit Wayag (Dokpri)
Dalam keadaan badan basah kuyub dan trek basah, akhirnya kami berhasil sampai di puncak. Kurang lebih 30 menit lamanya pendakian. Begitu sampai di atas puncak, saya terpukau melihat indahnya panorama pulau bebatuan Wayag. Terbayar sudah jerih payah kami mendaki dengan suguhan panorama alam yang indah. Air laut bergradasi hijau biru tosca serta pulau-pulau batu karts yang berdiri berjejer, sungguh indah alam ciptaan Tuhan.
Setelah berfoto di atas puncak Wayag, lalu kami turun dari puncak dengan hati-hati. Gerimis masih menemani kami saat turun kembali ke speedboat. Rasa puas memanjat salah satu puncak bukit pulau karts, tak terkatakan hanya tersimpan dalam kenangan.
Asyiknya berenang di Wayag (Dokpri)
Sesampai di speedboat, Yansen dan kawan-kawan berenang dalam keadaan badan basah karena hujan. Betapa riangnya mereka berenang meyatukan dengan eksotisme alam Wayag.
Terdampar di Kampung Gag (Dokrpi)
Pulang dari pulau Wayag kami dihadang hujan deras, dan kabut serta menerjang ombak laut yang tinggi. Ikuti kisah perjalanan kami selanjutnya di Pulau Gag.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya