Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tagana: Siswa Belajar Mengantisipasi Bencana Alam

26 Oktober 2017   12:17 Diperbarui: 30 Oktober 2017   06:23 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi antisipasi bencana oleh Tagana ASEAN (Dokpri)

Sak bejo bejaning wong kang lali, iseh bejo wong kang eling lan waspodo, artinya seberapa untungnya orang, masih beruntung orang yang selalu berhati-hati dan waspada.

Tulisan itu saya pungut dari selebaran "Tips Antisipasi Bencana" yang diterbitkan dan diedarkan oleh Tagana Yogyakarta. Dalam secarik kertas putih itu, disebutkan bagaimana mengantisipasi terjadinya bencana kebakaran, gempa bumi, banjir, puting beliung, letusan gunung berapi, dan tsunami.

Secarik kertas itu, diserahkan oleh koordinator Tim Tagana (Taruna Siaga Bencana) kepada Kepsek SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Stephanus I Poluan, SIP setelah melakukan Bhakti Sosial Tagana Goes to School di hadapan para siswa, Rabu (25/10). Penyerahan brosur-brosur itu saya abadikan melalui kamera saya.

Peserta melompat setelah sosialisasi (Dokpri)
Peserta melompat setelah sosialisasi (Dokpri)
SMA Lokon, yang berada di kaki Gunung Lokon, sangat beruntung dikunjungi oleh sebagian para peserta Jambore Nasional Tagana "Go Green" Asean dalam rangka Apel Siaga Tagana ke 11 2017 dan Bhakti Sosial Tagana Tingkat Nasional dan ASEAN di Bumi Perkemahan Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (23/10).

"Ada 1400 relawan Tagana dari 33 propinsi berkumpul di Tondano. Ditambah dari relawan Tagana dari 4 negara ASEAN, yaitu Filipina, Kamboja, Malaysia dan Jepang" jelas Tetrin, staf Kemensos RI saat mendampingi relawan Tagana yang melakukan Bhaksos di sekolah saya.

Sebelum masuk ke kelas-kelas, sukarelawan Tagana ASEAN didampingi pimpinan Direktorat Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial dari Kemensos RI, yaitu Adhi Karyono, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), Muman Nuryana, Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr John Lumopa, Kadis Dinsos Tomohon berdiskusi bersama Kepsek SMA Lokon, Stephanus Poluan, dan pimpinan YPL di ruang Yayasan.

Diskusi di ruang yayasan (dokpri)
Diskusi di ruang yayasan (dokpri)
"SMA Lokon pada tahun 2012 diinisiasi sebagai sekolah tangguh bencana dan sekolah siaga bencana oleh Pemkot Tomohon dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tomohon. Selain ceramah juga dilakukan simulasi tanggap bencana letusan gunung berapi. Maklum, lokasi sekolah kami berjarak sekitar 3 km dari kawah Tompaluan Gunung berapi Lokon" cerita Stephanus Poluan kepada para delegasi.

"Setelah itu, tidak ada kelanjutannya. Sosialisasi tanggap bencana ramai dilaksanakan di mana-mana, ketika Gunung Lokon sedang aktif. Sekolah kami ditetapkan oleh Kemendikbud sebagai sekolah Tanggap Bencana pada tahun 2013", lanjut Kepsek SMA Lokon.

Di hadapan para delegasi Tagana ASEAN dijelaskan bahwa sekolah ini berada di ring satu bencana alam erupsi Gunung Lokon. Antisipasi terhadap bencana sudah terlaksana ketika Gunung berapi Lokon (1.580 mdpl) oleh banyak pihak beberapa waktu lalu. Beruntung abu vulkanik Gunung Lokon jarang jatuh ke kompleks sekolah dan asrama karena angin membawanya ke arah Manado. "Meski demikian, letusan pertama saat erupsi, menggetarkan seluruh bangunan dan kaca-kaca" kisah Kepsek.

Kepsek mendengar penjelasan dari Adhi Karyono Direktur PSKBA (Dokpri)
Kepsek mendengar penjelasan dari Adhi Karyono Direktur PSKBA (Dokpri)
"Mitigasi kesiapsiagaan bencana sudah dikelola sejak 12 tahun lalu di seluruh Indonesia dengan program kegiatan berkelanjutan. Termasuk Apel Siaga Tagana di Tondano Minahasa sekarang ini. Tagana direkrut dari masyarakat, pemuda desa mulai umur 18 tahun hingga 25 tahun dari lokasi rawan bencana. Diseleksi, ditraining dan kemudian dibekali dengan pelatihan mitigasi bencana, tapi yang penting pembentukan jiwa relawannya, kemanusiaannya. Kita bukan seperti orang yang digaji. Tapi sungguh relawan", jelas Adhi karyono, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos RI.

Penyerahan brosur kepada Kepsek SMA Lokon (dokpri)
Penyerahan brosur kepada Kepsek SMA Lokon (dokpri)
Delegasi dari ASEAN sangat ingin tahu kondisi eruspi Gunung Lokon. Lalu, saya memperlihatkan foto-foto erupsi Gunung Lokon yang saya posting di Kompiasana beberapa tahun lalu setiap kali Gunung Lokon meletus memalui gawai saya. Aimi, Tagana Filipina, menjelaskan tentang dahsyatnya letusan Gunung Pinatubo (1991) yang meluluhlantakan daerah Pampanga, Zimbales dan Tarlac di pulau Luzon.

Dalam diskusi itu, Adhi Karyono, Direktur PSKBA akan mendorong Tagana Propinsi dan Tagana Tomohon untuk membuat kegiatan sosialisasi antispasi bencana atau tanggap bencana di lokasi rawan bencana, seperti di sekolah Lokon, secara berkelanjutan. Ini mengingat setiap tiga tahun siswa di sini sudah lulus.

"Beragam untuk bersatu. Bersatu untuk penanggulangan bencana" tema yang diangkay dalam kegiatan Jambore Nasional Tagana 2017.

Foto bersama di kelas X IPS (Dokpri)
Foto bersama di kelas X IPS (Dokpri)
Setelah berdiskusi dilanjutkan ke kelas-kelas untuk mengadakan sosialisasi antisipasi bencana. Saya mengikuti rombongan tagana ASEAN masuk di kelas X IPS.

"Kalau tiba-tiba terjadi bencana alam, seperti Gunung Lokon Meletus, atau gempa bumi, apa yang kalian pertama-tama lakukan?" kata Aimi di hadapan para siswa. Satu dua siswa menjawab, kami harus menyelamatkan diri secepatnya.

"Lalu bagaimana cara menyelematkan diri?" tanya Aimi. Sejenak para siswa diam. Lalu delegasi tagana Filipina itu, disaksikan dari Malaysia, Kamboja dan Japan, menjelaskan bahwa pertama-tama siswa harus mengenali besar kecilnya bencana alam dan kondisi bangunan serta jalur-jalur evakuasi. Jangan panik. Pegang kepala dengan kedua tangan. Masuk ke kolong meja belajar. Setelah agak reda, keluar ruangan melalui pintu. Dahulukan yang sakit dan perempuan. Ikuti petunjuk arah evakuasi yang sudah dipasang.

Para Peserta Jambore Tagana ke 11 (Dokpri)
Para Peserta Jambore Tagana ke 11 (Dokpri)
Setelah itu, para siswa melakukan simulasi antisipasi bencana disaksikan oleh para relawan tanaga dan pimpinan sekolah. "Kami sebagai murid baru penghuni asrama Lokon, senang mendapat pelatihan singkat antisipasi bencana seperti ini" kisah Michelle Krons, siswa asal Tobelo, Maluku.

Di ujung Bhakti Sosial Tagana "Goes to school", terbersit jaminan program Mitigasi bencana akan dilakukan secara berkelanjutan yang nantinya akan dibidani oleh Kemensos RI melalui Tagana Tomohon.

Bersma Kadis Dinsos Tomohon (Dokpri)
Bersma Kadis Dinsos Tomohon (Dokpri)
"Kami mewakili sekolah dan yayasan, mengucapkan terima kasih atas kedatangan dan sosialisasi antisipasi becana kepada para siswa kami. Semoga Tagana senantiasa mengedepakan jaminan keselamatan bagi masyarakat yang dekat dengan lokasi rawan bencana" kunci Kepsek SMA Lokon, Stephanus Poluan.

Catatan:

Dalam kegiatan Tagana "Goes to school" di SMA Lokon, Kompasianer Prabu Bathara Kresno juga membuat repotase Lain Sisi: Tagana "Goes to School" di sekolah saya. Tulisan ini juga meralat nama Kepsek SMA Lokon sebenarnya bukan Fery Doringin tetapi Stephanus I. Poluan, SIP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun