Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sensasi Luar Biasa Susur Sungai Kalisuci

28 Juli 2017   14:32 Diperbarui: 29 Juli 2017   09:32 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dulu sebelum mencebur sungai (Dokpri)

Sensasi petualangan wisata Kalisuci di kawasan karst Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, terasa beda dengan Gua Pindul. Sama-sama menawarkan wisata minat khusus berupa susur goa (cave tubing) dan susur sungai (rafting).

"Kalisuci lebih menantang dan halang rintangnya cukup bervariasi. Tapi Kalisuci lebih mengasyikkan dan cocok untuk melepas kejenuhan rutinitas kerja" komentar Satmoko usai susur goa dan sungai di Kalisuci, Sabtu siang (1/7).

Setelah perjalanan dari pantai Slili, kami mencari lokasi wisata Kalisuci. Berkat bantuan Google Map dan petunjuk masyarakat, keberdaan objek wisata Kalisuci di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu tak sulit untuk ditemukan.

Tetiba di lokasi, kami langsung mendaftar. Petugas meminta nama-nama peserta susur sungai dan susur goa dicatat di buku tamu. Di buku itu, wisatawan dari berbagai daerah sudah datang bermain sebelum kami tiba.

"Per orang dikenai biaya Rp, 75.000,-" ujar petugas yang duduk di meja pencatatan. Kami berjumlah 9 orang. Setelah membayar kami diminta menunggu sebentar. Tak beberapa lama kami diperkenalkan dua orang pemandu dan seterusnya diminta untuk memakai helm, baju pelampung dan memakai deker tangan dan kaki. "Jasa fotografi Rp. 150.000,-"

Foto dulu sebelum mencebur sungai (Dokpri)
Foto dulu sebelum mencebur sungai (Dokpri)
Setelah semua memakai perlengkapan standar keamanan, kami kemudian diantar menuju ke titik permulaan yang letaknya tak jauh dari loket pendaftaran. Jalan ke sungai menurun dan bertebing bebatuan, namun pihak pengelola sudah membuat tangga dan pagar besi untuk memudahkan wisatawan  turun menuju ke titik awal.

"Objek wisata ini dibuka tahun 2009. Pengelolanya Pokdarwis Karang Taruna Semanu. Panjang sungai sekitar 12 km. Melewati bentang alam berupa goa-goa vertikal dan bukit karst berbentuk kerucut. Stalaktit dan stalakmit membuat goa-goa jadi indah dan menyejukan mata bagi para peserta" kisah pemandu dengan antusias. Sesampainya di titik awal susur sungai, kami dikumpulkan. Rupanya bukan hanya kelompok kami saja ada dua kelompok lain yang bergabung dengan kami. Jadi jumlah kami ada 17 orang ditambah empat pemandu dan satu fotografer.

"Sebelum terjun ke sungai, yang perlu ditaati oleh semua peserta adalah semua dalam keadaan sehat. Maksudnya sehat adalah tidak asma, tidak punya phobia, tidak lemah jantung, tidak darah tinggi, vertigo, tidak alergi dingin dan tidak sedang hamil. Bilamana ada yang sedang sakit, dianjurkan untuk tidak ikut dalam permainan ini" ucap pemandu dalam briefing sebelum permainan dimulai.

Welfie dulu ahh (Dokpri)
Welfie dulu ahh (Dokpri)
Tak hanya itu, pemandu juga menjelaskan cara-cara mengatasi halang rintang saat susur sungai di atas ban dalam. Kalau ada batu kaki ditekuk ke atas. Bila pantat kena batu, silahkan di angkat. Saat bergandengan, jangan dilepas karena bisa membahayakan teman.

Permainan susur sungai dan goa pun dimulai sesaat setelah masing-masing berada di atas ban dalam ukuran ban truk. Kesejukan air menerpa kulit selama hnyut di sungai. "Nah, kita sekarang memasuki goa gelap. Goa ini dikenal dengan nama Luweng Glatik. Tingginya kurang lebih 15 meter dari permukaan air sungai. Lihat di atas langit goa, bertengger koloni kelelawar sebagai penghuni setia goa ini. Gerombolan kelelawar ini dijaga kelestarian untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Kalisuci" jelas pemandu dengan sedikit berteriak agar didengar semua peserta.

Tetap Semangat (Dokpri)
Tetap Semangat (Dokpri)
Menantang dan asyik (Dokpri)
Menantang dan asyik (Dokpri)
Genangan air seperti waduk kecil kami lewati dengan sempurna. Tiba-tiba pemandu menghentikan setiap laju ban kami. Rupanya, kami akan menyusuri sungai dengan kontur arus jeram yang menantang seperti aliran air terjun kecil. Bersamaan dengan cipratan air berkali-kali, terdengar teriakkan salah satu peserta lolos dari terkaman arus jeram. Beberapa kali pantat saya terbentur batu. Tidak sakit tapi saya menemukan sensasi yang sungguh mengasyikkan. Ini saya rasakan setiap kali hanyut dalam alur jeram yang lumayan deras.

Arus Jeram, dinikmati juga (Dokpri)
Arus Jeram, dinikmati juga (Dokpri)
Foto keluarga (Dokpri)
Foto keluarga (Dokpri)
Kami sempat foto bersama di bukit kecil di pinggir kedung. Oh ya, ada lokasi yang kami tidak mampu berfoto sendiri meski hape sudah terbalut dengan kantong plastik yang kami beli seharga 20 ribu. Untung kami sudah sewa fotografer yang mengabadikan mulai sejak awal hingga berakhirnya susur sungai dan goa.

Usai menyusuri sungai Kalisuci, hampir semua merasakan sensasi yang luar biasa. Bahkan keluarga Anton dari Jakarta bersama istri dan kedua anak perempuannya, berjanji akan datang lagi. Antara keberanian, tantangan dan hiburan, terasa menyatu dalam kegiatan wisata ini.

Naik tangga yang melelahkan (Dokpri)
Naik tangga yang melelahkan (Dokpri)
Kembali ke markas Kalisuci (Dokpri)
Kembali ke markas Kalisuci (Dokpri)
Satu lagi tantangan, kami hadapi sebelum sampai di lokasi penjemputan. Bagai panjat tebing kami menaiki tangga yang cukup tinggi dan melelahkan. Saya sempat empat kali berhenti sejenak, dan menarik napas dalam-dalam untuk mengatur irama pernapasan saya agar tiba di atas dengan tidak kecapaian.

dokpri
dokpri
Setelah kami melepas perlengkapan helm, baju pelampung, deker kami di antar kembali ke base camp Kalisuci untuk mandi. Setelah mandi kami, diberi gatisan satu mangkok mie. Bila menambah makan, peserta harus merogoh kocek sendiri. Sementara menikmati mie bakso, dan air kelapa muda, seorang ibu menawarkan foto kami saat beraktivitas susur sungai dan goa. Foto berukuran 10R dijual dengan harga per lembar 25 ribu rupiah. Dengan bangga kami membelinya untuk dibawa pulang sebagai kenangan yang jarang kami dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun