Asrama identik dengan keteraturan. Mulai dari bangun pagi (04.45) sampai tidur malam (22.00) dan semua kegiatan di antaranya, terjadwal ketat dan diawasi oleh Pamong jaga. Itulah sebabnya penghuni asrama yang terdiri dari siswa-siswi SMP/SMA dan karyawan yang berjumlah sekitar 600 orang hidup dalam rutinitas yang tertib dan teratur.
Soal makan pun juga sudah ada jadwalnya. Sebelum berangkat sekolah, ruang makan (refter) sudah dibuka mulai jam enam kurang seperempat. Makan pagi hanya diberi waktu 1 jam. Selanjutnya siap untuk apel pagi di plasa sekolah.
Makan siang dimulai jam 12.30 hingga 13.15. Setelah itu, masih ada pelajaran di kelas. Sementara waktu makan malam tepat pukul 19.00 hingga 20.00.
Itulah jadwal makan di asrama. Sepintas kesan yang muncul adalah tidak usah repot memikirkan soal makan karena sudah tersedia dan sudah ada petugas yang mempersiapkan. Tak hanya itu, asrama juga menyediakan snak setiap pukul 10.00 dan 16.00.
Siswa dan karyawan kantor yang tidak hadir tepat waktu pada jam pelayanan makanan dan minuman itu, pasti kelaparan. Memang bisa saja pergi ke kantin sekolah yang buka pagi hingga sore hari. Tapi siap-siap saja merogoh kocek dalam-dalam karena rata-rata per porsi makanan Rp 15.000,- dan minuman aqua dijual Rp 5.000,-. Ini belum kalau tergoda ingin minum soft drink atau es jus yang dipatok rata-rata Rp 10.000,- Untuk mie instan plus telur dipatok Rp 12.000,- per porsi.
Sekali makan di Kantin per orang kira-kira menyiapkan dana ya sekitar Rp. 20.000.-. Biasanya orang tidak makan sendirian. Mengajak teman ke kantin selain membangun persahabatan juga menambah budget sosial.
Yang namanya lapar kadang tidak tepat waktu. Maksud saya, belum jamnya makan tapi perut sudah keroncongan minta diisi. Makin sengsara kalau kantin sudah tutup dan ruang makan belum tersedia makanan.
Teman saya pernah memberikan nasehat kepada saya, "Kalau perut sudah terasa lapar, jangan ditahan-tahan atau kamu biarkan kelaparan. Awas kamu bisa kena maag. Dan itu sakit yang bisa menjadi penyakit". Di asrama, lapar harus diatasi. Kalau tidak, bisa mengganggu belajar atau bagi para guru bisa mengganggu dalam mempersiapkan pembelajaran esok harinya.
Lapar bisa muncul kapan saja, di mana saja dan dalam segala kondisi. Tapi, saya selalu memperhatikan pada saat hujan dan cuaca dingin keinginan untuk makan selalu ada. Bahkan sehabis renang atau olah raga berat, perut juga minta diisi.
Jika saya lapar, yang paling mudah dibuat adalah memasak mie instan untuk mengganjal perut dan menghangatkan tubuh karena ketambahan kalori. Ini mengingatkan saya sewaktu kos di Bandung dan saat masih berstatus mahasiswa di Yogyakarta. Memang saya akui memasak mie instan itu sudah menjadi kebiasaan (habits) saya. Tak hanya itu, bagaimana caranya agar makan mie instan tidak membosankan sudah saya pelajari di tempat kos bersama teman kos lainnya.
Kini Bakmi Mewah memangkas keribetan yang biasa saya lakukan saat memasak mie instan. Bakmi Mewah sudah menghadirkan kemewahan bagi saya dan teman-teman di asrama. Paling saya hanya nambah telur ceplok saja. Tapi kalau ada sayur (caisim) atau wortel yang ditambahkan pada olahan Bakmi Mewah, ha ha ha itu bikin sedap dan makin mewah untuk disantap.
Ini pengalaman saya makan mewah di asrama dengan Bakmi Mewah yang saya beli per bungkus Rp 7.500,- ( Sekarang lagi ada promo di Alfamart dan Indomaret Rp 11.500.- dapat dua bungkus lihat di sini http://www.hemat.id/katalog/bakmi-mewah.mie/).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H