Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ini Sejarah Candi Klodangan

23 Februari 2016   12:31 Diperbarui: 24 Februari 2016   03:05 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Klodangan terkesan tersembunyi. Wisatawan yang ingin melihat candi harus melalui pematang sawah. Bentuk dan struktur candi ini tak menyerupai candi-candi lain yang dibangun dari batu hitam dan dipenuhi dengan stupa atau arca-arca manusia atau binatang serta pahatan lukisan alam.

[caption caption="Tinggal Reruntuhan Batu "]

[/caption]“Yah, cuma terlihat tumpukan batu saja. Namun sejarahnya tetap ada. Bahkan ada dugaan candi Klodangan ini digunakan oleh para puteri kerajaan untuk tempat mandi. Namun karena letusan gunung berapi (Merapi) beberapa abad lalu, candi ini terkubur dan baru ditemukan lagi 1998 setelah ada beberapa bagian telah hilang” kisah pak Purwanto juru kunci Situs candi cagar budaya yang terletak di kecamatan Berbah, Sleman, DIY.

Mendengar kisah dari juru kunci itu, dalam benak terbayang nilai historis candi ini yang sangat berharga. Betapa kayanya budaya Indonesia. Petilasan situ cagar budaya menjadi bukti bahwa manusia Indonesia pada jaman abad 9-10 Masehi atau sebelumnya, sudah memiliki kemampuan untuk membangun candi. Tak urung rasa bangga membuncah di hati ketika pikiran mengarahkan ke 22 candi yang berada di Sleman DIY, semisal Candi Ratu Boko, Candi Sambisari, Candi Abang, Candi Ijo,  Candi “unik” Prambanan serta candi lainnya.

[caption caption="Informasi tetntang candi Klodangan"]

[/caption]“Sejarah akan memberitahukan anda kenyataan yang sebenarnya. Ia akan membuka wawasan anda terhadap kehidupan” inilah kata bijak yang layak dimengerti oleh generasi sekarang.

Salam wisata. Salam Koteka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun