Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyambangi Tanjung Aan, Batu Payung dan Pantai Pink

22 Januari 2016   14:45 Diperbarui: 23 Januari 2016   10:22 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Pink

Setelah makan pagi dengan menu nasi goreng di penginapan, saya pun lalu bergegas untuk check out. Sebelumnya saya sudah order mobil untuk mengantar ke Pantai Pink dan penginapan di Mataram.

[caption caption="Parkir Kendaraan di Pantai Pink "]

[/caption]“Rp. 800.000,- pak. Ini musim liburan sedikit mahal” kata petugas resepsionis hotel. Akhirnya, saya menyetujui harga itu karena proses tawar menawar tidak bisa lagi.

Ketenaran pantai Pink memang bikin saya “kepo” apalagi setelah melihat keindahan dan keunikannya lewat medsos seperti Instagram. Sekitar jam satu siang saya meninggalkan Kuta dengan mobil sewaan menuju ke Pantai Pink, desa Sekaroh, Jerowaru, Lombok Tengah.

[caption caption="Menikmati Pantai Pink"]

[/caption]Akses menuju Pantai Pink menurut Google Map dapat ditempuh dengan waktu 1 jam 27 menit dari Kuta melalui Sengkol, Genti, Jerowaru dan Sunut. Namun kenyataannya waktu tempuh hingga Pantai Pink lamanya 3 jam. Tak heran jika waktu tempuh lebih lama karena hari itu hari libur sehingga warga menyerbu ke pantai Pink. Lalu lintas padat merayap di jalan tak beraspal saat mendekati pantai.

Setelah bayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000,- sudah termasuk parkir saya kemudian memandangi pantai. Wow pantai Pink sungguh dipadati pengunjung dari ujung ke ujung. Tak hanya itu, banyak perahu-perahu berlabuh menanti penumpang yang ingin keliling di seputaran pantai. Pantai ini mirip teluk. Di sisi kanan-kiri terdapat bukit padang rumput yang luas.

[caption caption="Padat saat hari libur"]

[/caption]Banyaknya pengunjung yang bermain di pinggir laut dan beberapa berkumpul di bawah pohon dekat tempat parkit, membuat hati sedikit kurang nyaman untuk menikmati pantai yang konon pasirnya berwarna pink.

“Kok pasirnya tidak kelihatan berwarna pink ya?” celoteh saya pada seorang Ibu yang sedang mengawasi anak-anaknya berenang di pinggir laut. “Mungkin karena pasirnya terinjak-injak banyak orang sehingga warnanya memudar” jawab Ibu itu seperti membela diri.

Setelah mengamati garis pantai sepanjang 500 meter dan saat itu dipadati oleh warga yang berenang atau sekedar main air, saya melangkah menuju ke bukit sebelah kiri. Bukit itu tak terlalu tinggi, tetapi pemandangan dari atas bukit ke arah garis pantai, memang menakjubkan. Pantai Pink masih “perawan” belum terlihat seperti Tanjung Benoa Watersport di Bali yang lengkap untuk wisata bahari.

[caption caption="Bertolak ke laut"]

[/caption]Menjelang sore tiba, saya pulang menuju ke penginapan di Mataram. Perjalanan jauh kembali saya nikmati dari pantai Pink dengan suguhan “sunset” menjelang masuk kota Mataram hingga tiba di hotel budget untuk istirahat.

Salam Wisata. Salam traveling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun