Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi Dermaga, Sajak dan Gunung

23 November 2015   22:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dermaga

Katamu dermaga yang kaupijak itu
Berpindah tak menentu seperti angin
Mengibarkan lelah pada pohon rindu
Yang tumbuh di ruang dan waktu

Katamu jejak perahu itu tak pernah ada
Hanya lamunan masa lalu yang ciptakan ombak
Menggulung semua buih kecewa
Di sela langit dan doa lama

Katamu daripada memburu luka bernanah
Lebih baik naik perahu sambil menoreh cakrawaka
Senja pun akan bangkit tinggalkan resah malam
Tatap pagi mencari bumi berpijak

Selamat datang kawan!

2015

Sajak

Ia adalah sajak
Sesak napasnya
Mencari jejak
Setiap melangkah

Di pinggir kota
Semangatnya meronta
Hingga di perbatasan
Laut dan sepi

Memasuki kota
Gerah menetes
Hingga ia berdiri
Di atas bukit

Ia adalah jejak
Pada jalan setapak
Melompat jauh
Meninggalkan sajak

Hutan dimasukinya
Belantara menangis
Adat menumpangi agama
Perang suku membunuh

Tetiba rindu
Bulan menari hari
Lebatnya luas
Memuncak naif

Ia adalah jubah
Merampas ganas
Kata kata suci
Dari puisi lirih

Jejak itu pilihan
Dilema bulan
Disakiti mentari
Tak punya hati

Tidak susah mencarinya
Bahagia itu sederhana
Hanya kemauan
Ia adalah sajak

2015

Gunung

Terbakar sudah gunung itu
Dari sore hingga jingga
Menelan habis ilalang duka
Bersama hutanmu

Api itu musim kemarau
Memercik hati galau
Jauh dari kata cinta
Manusia sumber bencana

Cincin merah pada punggungmu
Menyebar hingga sesak napas
Gunung itu berjubah hitam
Seperti pakaian wisudamu

Gunung itu masa lalu
Lanskap yang indah
Banyak hujan pujian
Payung sejuk orang pilu

Tercukur sudah indahnya
Kulitnya terkelupas
Hingga relung hatinya
Totonan sepi sang langit

Hujan datanglah segera
Seperti cinta bernafsu
Agar pulihkan semua
Jadi biasa lagi

Aku bukan seperti dulu
Dulu bukan seperti aku

September 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun