Dermaga
Katamu dermaga yang kaupijak itu
Berpindah tak menentu seperti angin
Mengibarkan lelah pada pohon rindu
Yang tumbuh di ruang dan waktu
Katamu jejak perahu itu tak pernah ada
Hanya lamunan masa lalu yang ciptakan ombak
Menggulung semua buih kecewa
Di sela langit dan doa lama
Katamu daripada memburu luka bernanah
Lebih baik naik perahu sambil menoreh cakrawaka
Senja pun akan bangkit tinggalkan resah malam
Tatap pagi mencari bumi berpijak
Selamat datang kawan!
2015
Sajak
Ia adalah sajak
Sesak napasnya
Mencari jejak
Setiap melangkah
Di pinggir kota
Semangatnya meronta
Hingga di perbatasan
Laut dan sepi
Memasuki kota
Gerah menetes
Hingga ia berdiri
Di atas bukit
Ia adalah jejak
Pada jalan setapak
Melompat jauh
Meninggalkan sajak
Hutan dimasukinya
Belantara menangis
Adat menumpangi agama
Perang suku membunuh
Tetiba rindu
Bulan menari hari
Lebatnya luas
Memuncak naif
Ia adalah jubah
Merampas ganas
Kata kata suci
Dari puisi lirih
Jejak itu pilihan
Dilema bulan
Disakiti mentari
Tak punya hati
Tidak susah mencarinya
Bahagia itu sederhana
Hanya kemauan
Ia adalah sajak
2015
Gunung
Terbakar sudah gunung itu
Dari sore hingga jingga
Menelan habis ilalang duka
Bersama hutanmu
Api itu musim kemarau
Memercik hati galau
Jauh dari kata cinta
Manusia sumber bencana
Cincin merah pada punggungmu
Menyebar hingga sesak napas
Gunung itu berjubah hitam
Seperti pakaian wisudamu
Gunung itu masa lalu
Lanskap yang indah
Banyak hujan pujian
Payung sejuk orang pilu
Tercukur sudah indahnya
Kulitnya terkelupas
Hingga relung hatinya
Totonan sepi sang langit
Hujan datanglah segera
Seperti cinta bernafsu
Agar pulihkan semua
Jadi biasa lagi
Aku bukan seperti dulu
Dulu bukan seperti aku
September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H