Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pawai Kemerdekaan di Tomohon

22 Agustus 2015   06:03 Diperbarui: 22 Agustus 2015   06:03 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dokpri: Cheers Beraksi"]

[/caption]

[caption caption="Dokpri' Sasha di atas kursi roda, Ikut Pawai Kemerdekaan"]

[/caption]

Sasha, anggota “cheers leader” marching band Losnito, pupus sudah ikut menyemarakkan HUT RI ke 70 di Tomohon. Cidera kakinya saat berlatih membentuk formasi piramida manusia, menjadi kendala untuk tampil bersama teman-teman cheersnya di depan pangung utama. Latihan siang malam yang dijalaninya selama hampir dua bulan seperti percuma saja. Obsesinya ingin berpartispasi “menghibur” warga Tomohon melalui penampilan Marching Band Losnito terkubur seiring dengan cidera kaki yang dialaminya. Keinginannya agar hasil latihan cheers boleh disaksikan oleh Walikota Jimmy Eman dan jajarannya, pupus.

Para peserta pawai kemerdekaan mulai bergerak menuju ke lokasi start di muka Minimarket Cool. Hampir semua sekolah menampilkan marching band atau drum band. Inilah yang membuat Tomohon dijuluki kota Marching Band. Kendati demikian, satu dua sekolah menyiapkan grup tarian kabasaran, atau tarian katrili yang diiringi dengan musik bambu.

[caption caption="Dokpri: Pawai Mengular"]

[/caption]

[caption caption="Dokpri: penonton di pinggir jalan"]

[/caption]

Pada siang yang cerah itu warga Tomohon “dibisingkan” oleh tetabuhan perkusi dan bunyian trompet, tuba, melo, bariton yang memainkan musik lagu kebangsaan, kedaerahan hingga lagu pop. Melalui permainan marching bandnya, setiap sekolah seperti berlomba mempertunjukkan kebolehannya dalam memainkan lagu-lagu yang memikat hati penonton. Kombinasi alat musik marching band dengan “cheers leader” dan “color guard” yang menari dan beraktraksi akrobatik sambil membawa bendera dalam sebuah parade dan display, sungguh ditunggu-tunggu oleh warga.

Sasha, siswa kelas XII SMA Lokon, berkacamata minus, seharusnya ikut dalam atraksi “menghibur” warga bersama tim marching bandnya. Cidera tumitnya membuat dia hanya sebagai penonton aktif. Ia tidak tinggal di asrama meratapi kesakitannya, tetapi Sasha ikut dalam rombongan marching band dengan kursi rodanya. Tak sedikit penonton bertanya tentang siapa dan kenapa ada yang ikut barisan dengan menggunakan kursi roda?. Bagi yang mengenal Sasha, ikut “mengantar” tim marching band berparade dan display dalam pawai kemerdekaan adalah sebuah kemerdekaan yang berpijak pada perjuangan dan kerja keras disertai dengan semangat kompak..

[caption caption="Dokpri; Di depan panggung utama"]

[/caption]

“One sound, one band” ujar Arwan, pelatih marching band dari Udayana, Bali. Semangat itu ditanamkan kepada para anggota marching band untuk menegakkan kedisiplinan, kerja keras, kompak saling membantu dan dibalut dengan semangat kekeluargaan. Karena itu, Sasha, meski cidera, tetap ikut pawai sekalipun menggunakan kursi roda.

Sambutan warga terhadap pawai kemerdekaan yang sebagian besar diikuti oleh tim marching band sekolah, sangat positif. Buktinya tak sedikit yang memanfaatkan foto bersama dengan “field commander” dengan latar belakang para pemain. Applaus yang meriah dari penonton setelah selesai memainkan sebuah lagu dan gerak, menyemangati para pemain marching band.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun