Kondisi alam laut saat itu lagi surut sehingga antusias untuk segera mencebur ke laut tertunda beberapa jam. Menurut petugas harus menunggu jam setengah empat, baru air laut benar-benar pasang. Kata petugas soal waktu terbaik untuk aktivitas snorkling di Nglambor selain sore hari juga pagi hari sebelum jam dua belas siang.
Justru di saat surut saya bisa melihat biota laut yang menghuni di pantai ini. Bulu babi, aneka warna ikan kecil dan terumbu karang yang masih utuh. Keindahan alam itu terjaga baik seiring dengan minimnya sampah di sekitar pantai. Dari lokasi parkir hingga pantai pasir putih Nglambor, tak terihat sampah berserakan. Upaya membangun lingkugan alam yang bersih nyaman dan aman, patut diacungi jempol untuk Kelompok Sadar Wisata “Nglambor Lestari”, pengelola objek wisata ini.
Mentari mulai meredup di pantai Nglambor. Bukit barat menghalangi siarnya Tak kurang ari dua jam bersnorkling, akhirnya satu persatu mengembalikan peralatan ke petugas dan membasuh diri ganti pakaian kering. Petugas pun meyerahkan 100 file foto dengan cara transfer dari GoPro ke memory card hape. "Kalau pas ramai foto pakai GoPro sepuasnya harus bayar 100 ribu" kisah Hilda mendapat informasi itu dari petugas saat ambil file fotonya.
Kami kembali ke tempat parkir dengan ojek lagi dan bayar lima ribu lagi. Dalam perjalaan tukang ojek berkisah bahwa pantai ini dibuka mulai jam delapan hingga jam enam sore. Kadang ada rombongan yang kemping untuk berburu sunrise atau sekedar berkemah saja. Tapi sebentar lagi akan dibangun penginapan sederhana untuk wisatawan yang ingin menginap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H