[caption id="attachment_362893" align="aligncenter" width="600" caption="Perabotan Upacara Adat di Balai Desa (dokpri)"]
Desa adat Tenganan ini memiliki balai-balai desa yang dipakai oleh warga untuk menggelar ritual adat baik secara keluarga maupun gelaran desa. Demikian juga dalam menjaga kebersihan dan ekosistem sumber air yang dijadikan tempat mandi.
Saat berkeliling tak jarang saya berjumpa dengan rombongan wisatawan mancanegara. Ini membuktikan bahwa desa adat Tenganan memiliki daya tarik wisata yang mendunia. Kami diajak ke rumahnya pak Nyoman. Saya duduk di ruang tamu yang sekaligus digunakan untuk berjualan hasil-hasil kerajinan warga seperti anyaman ata (sulur tanaman mirip lidi), daun lontar yang dilukis dengan bakaran kemiri, kain ikat tenung gringsing serta deretan patung-patung kayu dan batu. Sempat saya perhatikan, ata basket yang bentuknya mirip baki dijual seharga 300 ribu. Sedang kain tenung gringsing yang tadi ditawar oleh tamu dilepas dengan harga 800 ribu. Mahal? Kualitas, kerajinan tangan, tradisi dan adat, dan mata pencaharian itulah jawabannya.
[caption id="attachment_362898" align="aligncenter" width="600" caption="Anyaman Ata Kreasi Modern Pak Nyoman (dokpri)"]
[caption id="attachment_362899" align="aligncenter" width="600" caption="Patung Untuk Souvenir (dokpri)"]
[caption id="attachment_362900" align="aligncenter" width="600" caption="Lukisan Lontar (dokpri)"]
Dengan ramah, pak Nyoman dan istri kemudian menginformasikan jadwal gelaran kesenian dan upacara adat. "Silahkan datang pada bulan Juli, desa ini ramai dengan upacara adat" kata pak Nyoman sambil memegang kalender adat Bali. Setelah itu, kami pamitan untuk pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H