Baginya, korupsi adalah biang keladi yang menghambat kemajuan dan keadilan. Ia tak henti-hentinya mengkritik, berargumen, dan mendorong penegakan hukum yang tegas.
Suara Rizal Ramli bagai lonceng peringatan di tengah hiruk-pikuk kepentingan. Kritiknya pedas, menelanjang, dan tak jarang menusuk ulu hati para penguasa.Â
Tapi kata-katanya bukan sekadar retorika. Ia tak segan menyebut nama, membongkar data, dan membeberkan modus-modus korupsi yang merajalela.Â
Keberaniannya menginspirasi, menjadi katalis bagi tumbuhnya gerakan masyarakat sipil yang tak kenal takut melawan ketidakadilan.
Perjuangan Rizal Ramli tak selalu mulus. Ia kerap menghadapi serangan balik, intimidasi, bahkan upaya-upaya pembungkaman.Â
Namun, ia tak bergeming. Baginya, melawan korupsi adalah panggilan hidup, kewajiban moral yang tak bisa ditawar. Ia tak haus pujian, tak mengejar kekuasaan, dan tak gentar menghadapi risiko.Â
Ia seorang pejuang sejati, ksatria pemberani yang bertarung melawan monster berkepala banyak bernama korupsi.
Di tengah zaman dimana apatisme dan keputusasaan merayap, sosok Rizal Ramli bagai oase di padang gersang. Ia membuktikan bahwa melawan korupsi masih mungkin, bahwa suara rakyat masih bisa didengar.Â
Kegigihannya, keberaniannya, dan integritasnya adalah cahaya yang menerangi jalan, memberi harapan bagi mereka yang tak kenal lelah menuntut keadilan.
Perjuangan Rizal Ramli bukanlah akhir cerita. Ia mungkin tak bisa sendirian memberantas korupsi yang telah mengakar kuat.Â
Tapi ia bagai obor yang terus menyala, menerangi jalan bagi generasi muda untuk meneruskan perjuangan. Kisahnya adalah warisan, ajakan untuk tak pernah berhenti menyuarakan kebenaran, untuk tak gentar melawan ketidakadilan, dan untuk senantiasa berpihak pada kepentingan rakyat.