Pemilu merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pemilu, masyarakat memiliki hak untuk memilih pemimpinnya secara bebas dan demokratis.Â
Untuk memastikan hak tersebut terpenuhi, diperlukan peran media massa, khususnya jurnalis, untuk memberikan informasi yang akurat dan berimbang kepada masyarakat.
Namun, di tengah maraknya intoleransi dan polarisasi politik, kerja jurnalis dalam pemilu kerap kali menghadapi berbagai tantangan, termasuk ancaman kekerasan. Hal ini tentu saja menghambat jurnalis dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa tantangan yang dihadapi jurnalis dalam pemilu 2024:
Ancaman kekerasan
Ancaman kekerasan terhadap jurnalis merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Jurnalis kerap kali menjadi sasaran kekerasan, baik fisik maupun non-fisik, dari berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, kelompok massa, maupun kandidat dan pendukungnya.
Berdasarkan catatan Dewan Pers, sepanjang tahun 2022, terdapat 44 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Dari jumlah tersebut, 32 kasus merupakan kekerasan fisik, sedangkan 12 kasus merupakan kekerasan non-fisik.
Ancaman kekerasan terhadap jurnalis dapat menghambat kebebasan pers dan menghalangi jurnalis dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang akurat dan berimbang kepada masyarakat.
Polarisasi politik
Polarisasi politik yang semakin tajam juga menjadi tantangan bagi kerja jurnalis dalam pemilu 2024. Polarisasi politik ini dapat membuat jurnalis sulit mendapatkan informasi yang akurat dan objektif.
Jurnalis kerap kali dipaksa untuk memilih salah satu kubu dalam polarisasi politik. Hal ini dapat membuat jurnalis kehilangan independensi dan objektivitasnya dalam pemberitaan.
Keterbatasan akses informasi
Keterbatasan akses informasi juga menjadi tantangan bagi kerja jurnalis dalam pemilu 2024. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pembatasan akses media ke lokasi tertentu, penyalahgunaan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), serta penyebaran berita bohong dan hoaks.
Keterbatasan akses informasi dapat membuat jurnalis kesulitan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap. Hal ini dapat berdampak pada kualitas pemberitaan pemilu.
Ketidaksiapan jurnalis
Ketidaksiapan jurnalis juga menjadi tantangan bagi kerja jurnalis dalam pemilu 2024. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pelatihan jurnalistik pemilu, terbatasnya sumber daya, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya peran jurnalis dalam pemilu.
Ketidaksiapan jurnalis dapat berdampak pada kualitas pemberitaan pemilu. Jurnalis dapat salah meliput peristiwa, menyebarkan informasi yang tidak akurat, atau bahkan menjadi alat propaganda politik.
Upaya Mitigasi
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, diperlukan upaya mitigasi yang tepat. Upaya mitigasi tersebut dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, media massa, dan masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan:
1. Pemerintah
Pemerintah perlu memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan terhadap jurnalis. Pemerintah juga perlu memberikan perlindungan hukum dan jaminan keamanan bagi jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
2. Media massa
Media massa perlu meningkatkan kapasitas jurnalisnya dalam liputan pemilu. Media massa juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya independensi dan objektivitas dalam pemberitaan pemilu.
3. Masyarakat
Masyarakat perlu mendukung kerja jurnalis dalam pemilu. Masyarakat juga perlu kritis terhadap pemberitaan pemilu dan menolak segala bentuk kekerasan terhadap jurnalis.
Kerja jurnalis dalam pemilu merupakan bagian penting dari demokrasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk memastikan bahwa jurnalis dapat menjalankan tugasnya dengan aman dan bebas dari ancaman.
Kesimpulan
Kerawanan kerja jurnalis dalam pemilu 2024 merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama. Upaya mitigasi yang tepat dari berbagai pihak diperlukan untuk memastikan bahwa jurnalis dapat menjalankan tugasnya dengan aman dan bebas dari ancaman.
Selain upaya-upaya yang telah disebutkan di atas, diperlukan juga kesadaran dari masyarakat akan pentingnya peran jurnalis dalam pemilu. Masyarakat perlu mendukung kerja jurnalis dengan bersikap kritis terhadap pemberitaan pemilu dan menolak segala bentuk kekerasan terhadap jurnalis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI