Menurunnya Minat Baca Masyarakat
Selain perkembangan digitalisasi dan pembajakan, industri perbukuan juga menghadapi tantangan berupa menurunnya minat baca masyarakat.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), rata-rata minat baca masyarakat Indonesia hanya 30 menit per hari. Angka ini jauh di bawah rata-rata minat baca masyarakat di negara-negara maju, seperti Finlandia (58 menit), Norwegia (55 menit), dan Swedia (54 menit).
Menurunnya minat baca masyarakat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengaruh teknologi digital, pola hidup yang semakin sibuk, dan kurangnya dukungan dari pemerintah.
Keresahan Penulis
Tantangan-tantangan yang dihadapi industri perbukuan menimbulkan keresahan di kalangan penulis, bahwa profesi penulis tidak lagi menjanjikan menghasilkan uang.
Hal ini dapat dimaklumi, mengingat profesi penulis memang tidak selalu menghasilkan uang yang besar. Penulis biasanya hanya mendapatkan royalti dari penjualan bukunya, yang besarnya tergantung pada jumlah penjualan dan kesepakatan antara penulis dan penerbit.
Selain itu, penulis juga harus bersaing dengan banyaknya penulis baru yang bermunculan setiap tahunnya. Hal ini membuat persaingan di industri perbukuan semakin ketat.
Peluang bagi Penulis
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan apakah profesi penulis masih menjanjikan atau tidak.
Pertama, perlu dipahami bahwa profesi penulis tidak hanya menghasilkan uang dari royalti buku. Penulis juga bisa menghasilkan uang dari berbagai sumber lain, seperti:
- Pembayaran dari penerbit untuk menulis buku
- Pendapatan dari platform daring seperti YouTube, TikTok, atau media sosial lainnya
- Pendapatan dari pelatihan, seminar, atau workshop
- Pendapatan dari endorsement atau sponsorship