"Nak, sedari tadi aku mengamatimu. Ini aku bawakan kue tart untukmu."
"Tapi saya uangnya tidak cukup untuk membayar bu." "Tidak apa-apa, bayar saja sebisa nya dan dianggap sudah lunas". Betul begitukah bu? Betul dik. Ini kuenya, dan selamat ulang tahun ya.
Anak itu berterima kasih sambil menangis karena kebaikan pemilik toko. Dan tidak lupa ia bersyukur dan mendoakan untuk kebaikan sang pemilik toko.
Pernahkah terpikir, bahwa kita juga seperti anak di kisah tersebut?
Sesungguhnya si anak di kisah tersebut tidak pantas/tidak berhak atas kue tart, tetapi ia memperolehnya karena kemurahan sang pemilik toko.
Mungkinkah kita sesungguhnya juga tidak pantas/berhak atas apa yang kita miliki saat ini, misalnya rumah, pekerjaan, titel, keluarga, pasangan, dsb? Sadarkah bahwa kita memperolehnya semata-mata hanya karena kemurahan sang pemberi hidup dan bukan karena usaha yang kita lakukan.Â
Sama seperti celengan si anak yang tidak cukup untuk membeli kue tart, begitu juga segala usaha yang kita lakukan tidak akan pernah cukup sebagai bayaran atas apa yang kita terima.
Sudah layak dan sepantasnya kita berbahagia dan bersyukur karena meski tidak layak, tetapi dipelihara-Nya. #selfreminder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H