kue tart. Dia pernah melihat perayaan ulang tahun di sebuah acara TV dan tampaknya kue tart yang disediakan sangat indah dan menarik.
Ada seorang anak kecil tunawisma yang sangat ingin makanAnak itu belum pernah sekalipun makan kue tart, sehingga dia berharap suatu saat dia bisa makan kue itu saat dia berulang tahun.
Jadi, dia menabung uang sedikit demi sedikit dari yang didapatnya saat mengamen atau bekerja serabutan dengan niat untuk membeli kue tart di toko kue yang selama ini sering dia lihat.
Pada ulang tahunnya yang ke-10, dia membuka celengannya dan tersenyum karena dengan uang itu dia akan membeli kue ulang tahun pertamanya.
Dia memberanikan diri pergi ke toko kue itu ketika hampir tutup supaya tidak ada orang lain yang memperhatikannya. Dia mengatakan ke penjaga toko bahwa dia ingin membeli kue ulang tahun yang terkecil yang dijual. Kebetulan masih ada 1 kue yang belum terjual di hari itu.
"Berapa harganya?". "Rp 50.000,00 dik"
Si anak menghitung lagi uang dari sakunya, dan ternyata masih kurang karena dia hanya punya Rp 30.000,00. Anak itu terdiam sejenak, lalu ditanya oleh penjaga toko.
"Jadi gimana nak? Jadi mau beli kue nya?".
"Eh, maaf kak uang saya hanya Rp 30.000,00. Apa boleh kalau saya beli setengah saja?". "Maaf dik, kami tidak bisa menjual dalam potongan".
"Atau bolehkan saya beli 1 kue, tapi kekurangannya saya cicil? Saya sangat ingin kue itu di hari ulang tahun saya." "Maaf dik, kami tidak bisa melayani pembayaran seperti itu"
Anak itu segera keluar dari toko lalu duduk di seberang jalan, nampak begitu murung.Â
Pemilik toko yang sedari tadi mengamati anak itu penasaran, lalu mendatangi anak itu sambil membawa sebuah kue tart. Â
"Nak, sedari tadi aku mengamatimu. Ini aku bawakan kue tart untukmu."
"Tapi saya uangnya tidak cukup untuk membayar bu." "Tidak apa-apa, bayar saja sebisa nya dan dianggap sudah lunas". Betul begitukah bu? Betul dik. Ini kuenya, dan selamat ulang tahun ya.
Anak itu berterima kasih sambil menangis karena kebaikan pemilik toko. Dan tidak lupa ia bersyukur dan mendoakan untuk kebaikan sang pemilik toko.
Pernahkah terpikir, bahwa kita juga seperti anak di kisah tersebut?
Sesungguhnya si anak di kisah tersebut tidak pantas/tidak berhak atas kue tart, tetapi ia memperolehnya karena kemurahan sang pemilik toko.
Mungkinkah kita sesungguhnya juga tidak pantas/berhak atas apa yang kita miliki saat ini, misalnya rumah, pekerjaan, titel, keluarga, pasangan, dsb? Sadarkah bahwa kita memperolehnya semata-mata hanya karena kemurahan sang pemberi hidup dan bukan karena usaha yang kita lakukan.Â
Sama seperti celengan si anak yang tidak cukup untuk membeli kue tart, begitu juga segala usaha yang kita lakukan tidak akan pernah cukup sebagai bayaran atas apa yang kita terima.
Sudah layak dan sepantasnya kita berbahagia dan bersyukur karena meski tidak layak, tetapi dipelihara-Nya. #selfreminder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H