Mohon tunggu...
Lora
Lora Mohon Tunggu... -

Membaca membuat pintar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi (Jokowi) Memenangkan Ahok dan Ibu Lah Sang Maestro

20 Oktober 2016   08:46 Diperbarui: 20 Oktober 2016   09:00 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah banyak kita lewati berbagai prediksi tentang ahok sang fenomenal yang saat ini masih memimpin DKI Jakarta dan hendak kembali mencalonkan diri berpasangan dengan Djarot, publik selalu dibuat terkecoh dengan sandiwara politik para elit. Kita mengetahui sejak awal ahok selalu meng'agungkan jalur independen dan sempat mendeklarasikan berpasangan dengan Heru.

Tapi kini mata kita semua sudah terbuka jika hal tersebut adalah sandiwara politik yang sangat hebat. (Baca : pencitraan yang terkondisikan), kita tidak perlu membahas lebih jauh tentang hal ini, karena mungkin selevel anak sekolah dasar pun akan dengan mudah menebak arah sisi politisnya. Dari awal saya memprediksikan, belum ada lawan kuat untuk ahok, atau belum ada tokoh yang mampu minimal mendekati keseimbangan dalam levelitas kepopulerannya, setuju tidak setuju inilah realita yang membungkam nalar.

Gaung Ahok belum Akan Sirna.

Saya sebut demikian karena realita tersebut memang ada, ahok adalah motor ikon media yang sangat sexy untuk terus mengimbangi dan memberikan kontribusi yang baik pada ranah media demi terjaganya eksistensi pemerintahan jokowi,(silahkan anda menafsirkan dengan baik), jika jokowi tidak menggunakan ahok sebagai penyeimbang, sudah pastilah pemerintahan tersebut akan sedikit goyang.

Karena jokowi tersandera oleh beban politis yang datang bukan hanya dari PDIP semata (walaupun PDIP adalah kartu utama pemerintahan saat ini, dalam hal mengakomodir keinginan partai lainnya jokowi tetap memperhitungkannya, dalam kacamata politik, apalah artinya menggenggam gajah jika semut tetap ingin merebut gula).

Dengan banyaknya kasus yang pernah, atau menyerempet ahok, sebagian kalangan intelektual akademisi atau sedikit dari banyaknya pengamat, hanya bisa menarik nafas dan mempredikisikan ahok tidak akan pernah menjadi tersangka ataupun menjadi terdakwa, mengapa demikian?, karena seperti saya katakan "anak SD pun sudah tahu arah permainan tersebut". Sumber Waras, Reklamasi dan apapun itu, seperti di ulas banyak penulis. Ahok tetaplah ahok, apakah ada simbiosis antara jokowi dan ahok?

Kita tidak akan mengulas mengapa anies baswedan kini merapat masuk kedalam gerindra untuk ikut bersaing dalam pilkada DKI Jakarta?, kita tidak akan mengulas, kemana para bakal calon yang mengembar-gemborkan atau digembar-gemborkan oleh semua media. Semua hilang bak di telan sunyinya malam, yang pasti saat ini hanya ada, Ahok, Anies dan Agus, betapa realita telah mengungkap skenario yang selama ini di pertontonkan oleh sang ibu dengan kepanjangan tangan sang anak politisnya.

Kita boleh saja berseberangan dengan sang ibu, tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa "kita sangat membutuhkan sang ibu untuk menghadirkan calon gubernur DKI Jakarta idaman sebagian warga DKI". Kita boleh saja membenci peranan sang ibu dalam mengatur alur pemerintahan saat ini, tapi kita membutuhkan sang ibu untuk mengisi Strategi anaknya yang masih minim dalam bermain politik. Apakah pertarungan ini hanya milik ahok dan agus?, pernahkah kita berpikir mengapa tokoh sekelas yusril harus "mundur dengan teratur?".

Ahok , he is a figure that should continue to be shown in order to fill the leak highly ineffective government. Well, The current government is a government that is so complex with the grip of an unusually large, dan ahoklah yang bisa dan sanggup mengisinya. adakah tokoh popular saat ini selain ahok?, Apakah ahok bisa terus di usung hingga 2019 nanti?, semua kendali ada pada sang ibu dan sang anak politisnya.

Rivalitas Megawati Dan SBY?

Menilik hubungan Mega dan SBY yang sejak perseteruan mereka hingga saat ini tiada pernah mereda. Sejak SBY merasakan nikmatnya merasa terdzolimi, disitulah panggung 10 tahun SBY berkuasa menancapkan taring dan sebagian rakyat mengetahui taring 10 tahun itu sama sekali tidak berhasil melahirkan hierarki yang berarti. Hancurnya komoditi partai demokratlah yang membuat "taring" tersebut rontok dan tidak membekas, hanya torehan catatan hitam korupsi yang mengakar hingga membuat SBY mengelus dada, sinar terang jokowi yang dengan sigap di tangkap mega, adalah sebuah momen kekalahan telak yang sangat menyakitkan, Megawati terbiasa mengalahkan rivalnya tanpa sedikitpun menampakan dan menyakiti secara harfiah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun