Saya, anda, kita semua adalah penikmat perseteruan, mengapa saya sebut perseteruan, karena media gemar memberikan pertarungan antara pemimpin dan sang mantan. Sudah sejak zaman sebelumnya jika sang mantan mengusik, maka kita akan mengira mantan itu iri, apakah benar..?
Ada sejoli yang sedang terbuai asmara, dalam perjalanan asmaranya mereka harus terpisah karena perbedaan pendapat, sang wanita dengan mudah kembali menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang terlihat gagah,dan sang lelaki masih belum juga berhasil menemukan pasangan kembali, oh nasib.
Ketika sang mantan bertemu dengan teman dari wanita itu, maka terucap kalimat "ah dia masih saja menunjukan kesombongan seperti saat menjalin hubungan denganku,' lalu teman tersebut mengatakan kepada teman lainya, maka yang tercipta adalah sebuah "isu", ternyata mantan si dia masih mengharapkan untuk kembali,' berhubung sang wanita sudah mendapat pasangan, sang lelaki hanya bisa mencemooh.
Kepentingan pertama dari ucapan sang lelaki adalah "untuk mengacaukan hubungan sang wanita dengan pasangan barunya", dan berharap sang wanita akan kembali ke pangkuanya,' karena jika tidak ada kepentingan sudah tentu tidak akan hadir kalimat "ah dia masih saja menunjukan kesombongan seperti saat menjalin hubungan denganku".
Apakah analogi di atas bisa kita gunakan untuk hubungan antara Jokowi dan SBY.? atau sama jika kita menyebut SBY masih ingin kembali menjadi kekasih negeri ini. Mari kita cari jawab bersama :
Pertama, SBY adalah mantan pemimpin negara (eks Presiden) dua periode sebelumnya memimpin, tentu bukan waktu yang sebentar, Apakah SBY masih ingin bertahta.? SBY sendiri sudah mengatakan "bukan saya yang akan maju pada 2019, Demokrat akan mencari sosok yang tepat untuk melawan pak jokowi".
Di saat SBY menjabat selama dua periode sebagai kekasih Indonesia, kritikan melalui cuitan ataupun media tidak terdengar secara keras dari seorang Megawati, tercatat Megawati hanya beberapa Kali mengkritik, untuk itulah Mega terkenal dengan julukan "diam itu emas,' 10 tahun tentu bukan waktu yang sebentar, terbuka ruang yang banyak sekali untuk mega mengkritik secara terus menerus, tapi itu tidak di lakukan oleh Megawati terhadap SBY, oh nasib".
KH Abdurahman wahid, yang harus lengser dan kemudian di gantikan megawati,juga tidak terlihat secara keras maupun secara intens menyindir ataupun mengkritik Megawati, selama kepemimpinan Megawati selama lebih dari tiga tahun, Mega menjalankan pemerintahan dengan tidak di ganggu sang mantan (KH Abdurahman Wahid).
[caption caption="sumber : silontong.com"][/caption]
Cukup dua perisai sebagai contoh hubungan kekasih Indonesia (Presiden) dengan sang mantan, kenapa saya sebut Presiden adalah kekasih dari sebuah negara, karena Presiden dipilih Rakyat, yang secara otomatis menjadi kekasih Rakyat juga, maka mantan Presiden adalah juga mantan kekasih negara dan rakyat.
Apakah cuitan SBY pada media tentang pemerintahan Jokowi bisa di katakan dari sebuah sikap iri ingin kembali menjadi kekasih negara..? anda lihat contoh di atas, jika contoh itu masuk dalam logika pemikiran, maka pergunakan, jika tidak, abaikan saja.
Dua sejoli yang pernah menjalin hubungan itu akhirnya bertemu, si wanita mengatakan,"hey Kamu, kenapa masih mengatakan saya sombong..? saya sudah mempunyai kekasih baru, tolong hentikan omonganmu, si lelaki menjawab, 'ah saya hanya berbicara sesuai kenyataan, bukan bermaksud menilai dirimu'.
Ahh,. ringan sekali analogi ini adakah perumpamaan yang lebih mengena dalam logika..? ini hanya sebuah cerita, baiklah, mari kita lupakan dirinya, bukankah saya lebih baik membangun bangsa..? bukankah lebih baik saya fokus membangun hubungan baik dengan kekasih saya (Indonesia).
Jika berbicara mengenai misteri yang di berikan Tuhan, saya rasa semua pernah diberikan kesempatan untuk menjadi kekasih dari masing-masing kekasih, namun terkadang kita lupa,dan masih saja menginginkan kesempatan tersebut, ya benar' sebagai individu kita pernah diberikan kesempatan, namun selalu saja melupakan nikmat yang di berikan oleh Tuhan, atau saya akan beralasan "tidak cukup waktu untuk membina sang kekasih..?
Sooo... Bagi keduanya... Baper sih Baper tapi jangan over caper yah.... Hihihihi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H