Diceritakan, Dilan hanya datang dengan Abah, kakek Ancika untuk menanyakan apakah ia diterima niat baiknya. Pada cerita tersebut cukup membingungkan, entah itu kisah nyata atau tidak, perbuatan Dilan itu dalam budaya Jawa seperti penghinaan.
Bagaimana mungkin, Dilan datang dengan kakeknya Ancika hanya menanyakan apakah ia diterima ingin melamar. Sedangkan keluarga si perempuan sudah menyiapkan kedatangan dengan baik.
Meski berakhir dengan bahagia, novel Ancika ini sepertinya antiklimaks. Di akhir cerita seperti hambar dan tidak ada sesuatu yang pecah.
Di sisi lain, saya malah membayangkan bagaimana situasi saat itu. Dalam arti, saya tidak berimajinasi terkait isi cerita dalam novel, akan tetapi melakukan kritik terhadap situasi sosial.
Terlebih dengan layar akhir orde baru ketika cerita itu terjadi. Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan besar. Namun, sepertinya harus membaca beberapa kali untuk bisa memahaminya.
Pada intinya, saya tidak 100 persen berada dalam imajinasi di cerita Ancika tersebut. Melainkan berimajinasi terkait bagaimana kondisi orde baru dan Bandung yang dijelaskan begitu dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H