Aku lihat hal-hal teknis semacam ini malah abai dari pengamat maupun pembuat kebijakan. Dan setujukah kamu jika aku mengatakan ini yang menjadikan program-program hanya berjalan diawal saja? Kebanyakan perancang gagasan tak mampu membahas sampai ke teknis!
Aku melihat metode Bapak Kiai Tanjung, dalam bermusyawarah sebagai solusi. Tidak hanya di dunia pendidikan, menyeluruh dalam ranah apapun, karena ini mengenai penyelesaian masalah. Dan oleh sebab itu, aku meloncati tulisanku pada kegiatan di siang hari, simulasi musyawarah menyelesaikan masalah dengan metode urut kacang.
Metode urut kacang ialah, rapat diawali dengan memunculkan masalah oleh salah satu peserta, lalu yang lain menanggapi dengan memberikan usulan satu per satu. Ditahap kedua, menggabungkan dan mengembangkan usulan. Tahap ketiga, voting. Mana yang dirasa menyelesaikan masalah. Tahap ke empat perumusan menjadi teknis. Begitu seterusnya.
CATATAN: "Musyawarah merupakan alat yang sangat strategis membunuh Ego. Karena dalam rapat kita belajar menerima masukan, menghargai pendapat, dan menjalankan pendapat orang lain." Bapak Kiai Tanjung.
Contoh simulasi:
Aku punya masalah di devisiku, jurnalistik. Aku kesulitan menyebarkan opini keberadaan Guruku, bapak Kiai Tanjung sebagai sosok yang mampu memecahkan permaslahan bangsa.
Tahap I. Usulan solusi:
- * Membuat film pendek tentang kegiatan positif Beliau
- * Ikut baksos, yasinan, tahlil
- * Mendekati tokoh agama
- * Menjaga keteladanan
- * Melibatkan alumni-alumni untuk ikut berpartisipasi menyebarkan berita keberadaan Bapak Kiai
- * Membuat testimony, kesaksian.
- * Dan lain-lain yang masih banyak belum aku tulis.
Tahap II. Penggabungan & Pengembangan
Kemudian peserta diberi waktu 5 menit untuk menggabungkan usulan-usulan tadi. Contohnya menghasilkan seperti ini: "Mind map. Men-viralkan opini yang ada. Membangun uswah dengan mendekati tokoh agama."
Satu. Dua. Dan sampai tidak ada lagi peserta yang mengajukan usulan penggabungan.
Tahap III. Vooting