[caption caption="TwitPic sumber : Marlistya Citraningrum"]
Dengan kondisi demografi Indonesia,dimana separuh dari total populasi penduduknya berusia dibawah 30 tahun (berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik tahun 2010-2015), ini bagai dua sisi mata pisau. Bisa dianggap sebagai bonus sekaligus tantangan. Bonusnya, dengan jumlah usai produktif yang besar akan menjadi penggerak roda perekonomian negara. Tantangannya, menjelang diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) akhir tahun 2015 ini, tentu saja menuntut kita mampu bersaing dengan kompetensi lebih.
FWD Life dalam wujud tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility), benar-benar jeli melihat dua sisi mata pisau ini (bonus dan tantangan) dari kondisi demografi Indonesia. Dan akhirnya sejak tahun 2014 memulai program FWD Life Passionpreneur #BebasBerbagi untuk mendukung wirausahawan muda yang berkeinginan mengembangkan sebuah bisnis dalam skala kecil dan menengah.
Mengapa wirausahawan? Paul Kartono (Direktur & Chief Financial Officer FWD Life), menjelaskan karena di Indonesia jumlah entrepreneur baru berkisar 1.6%. Angka yang masih terlalu kecil.
Tidak hanya sekadar muda, program ini juga menekankan pada bisnis yang dilandasi oleh passion. Anak muda memang identik dengan inovasi dan kreativitas. Tapi belum semua orang mampu menemukan passionnya, bahkan berani mewujudkannya. Jadi nyali adalah salah satu modal untuk mewujudkan passion menjadi sebuah bisnis.
Apa itu passion ? Kerap menjadi pertanyaan banyak orang. Passion seringkali hanya menjadi luxury talk tanpa banyak orang memahami benar artinya.
Dedy Dahlan ( Founder Passionpreneur Academy) yang juga menjadi salah satu pembicara dalam kopdar #BerbagiBersama mengungkapkan, Passion itu sebuah ketertarikan yang membuat kita selalu bersemangat melakukan atau menciptakan (create) sesuatu. Sama dengan yang pernah saya baca dari buku Rene Suhardono yang juga seorang passion coach. Passion is not what you really good at,it’s what you really enjoy most. Passion adalah tentang hal-hal yang membuat kita berdaya.
Dari 1399 proposal bisnis yang terjaring di microsite bebaskanlangkah.com/bebasberbagi akhirnya terpilihlah 5 finalis besar dan pemenangnya.
1. Juara 1 : Alicia Vanakker, Rumah MC Indonesia. Sebuah agensi MC (Master of Ceremony). Alicia membangun bisnisnya sejak masih kuliah dan melakoni profesi sebagai MC. Bisnisnya dibilang masih langka. Karena kebanyakan yang sudah ada bukan sebuah agensi tapi akademi. Rumah MC menjadi semacam One Stop Service sebagai jasa agensi, akademi, majalah,dan festival lomba . Misi awalnya adalah untuk bisa mempertemukan kebutuhan klien terhadap MC sesuai tema acara (profil MC) dan mencarikan MC sebuah job yang tepat.
2. Juara 2 : Anggia Rahendra, aplikasi PLUA (mobile apps agregator) .Aplikasi ini membantu orang menemukan peluang informasi. Jika diihat sekilas misinya mirip sejarah didirikannya Google yaitu sebagai gudang informasi tak terbatas (data mining). Anggia yang masih menjadi mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Telekomunikasi , merilis bisnis yang menjadi trend industri saat ini, start-up digital.Â
 [caption caption="TwitPic sumber : Daniel Mashudi"]