Berkesempatan hadir dalam acara Kopdar #BebasBerbagi pada hari Sabtu, 19 September 2015, membawa saya bertemu dan belajar dari lima orang anak muda terpilih, yang ternyata justru lebih cepat mengenali apa yang menjadi passion mereka dan punya nyali untuk mewujudkannya.
Bertempat di sebuah kafe dikawasan SCBD, Kopitiam Tan, menghadirkan aura kasual dan dinamis, khas anak muda. Acara ini digagas oleh FWD Life, sebuah perusahaan jasa asuransi jiwa,yang terus berkomitmen meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia yang sejalan dengan program Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
[caption caption=" Pembicara Kopdar#BebasBerbagi"][/caption]
Salah satu bentuk komitmen FWD Life sebagai pelaku industri keuangan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap literasi keuangan (baca : melek keuangan) adalah memberikan edukasi mengenai pondasi bisnis dan manajemen keuangan kepada entrepreneur muda agar mampu mewujudkan ide-ide bisnis yang dilandasi oleh passion menjadi sebuah bisnis yang berkelanjutan (Passionpreneur).
Seperti yang diungkapkan oleh Adelia pendiri Travas Life sekaligus pemenang FWD Life Passionpreneur tahun 2014 lalu, bahwa setelah mendapatkan pelatihan dia mengakui, baru tahu ternyata bisnis bukan hanya soal jualan.
Sebagai program CSR perusahaan bertagline Unstoppable Indonesia #BebasBerbagi, FWD Life telah memberikan pelatihan (workshop) virtual untuk para passionpreneur dengan menyediakan serangkaian kelas online (e-learning) pada microsite FWD Life bebaskanlangkah.com/bebasberbagi. Inisiatif ini mampu mengumpulkan 3500 peserta dan menjaring 1399 proposal bisnis, sebelum akhirnya terpilih 6 finalis terbaik yang 5 diantaranya, sabtu lalu mempresentasikan ide bisnisnya.
Pemilihan 6 proposal terbaik dilakukan bekerjasama dengan DreamLab Indonesia sebuah inkubator yaitu konsultan bisnis yang membantu rintisan bisnis baru (start-up). Kriteria penilaian didasarkan pada poin inovasi, originalitas, dan kesinambungan.
Anak Muda dan Passionpreneur
Sebuah tweet yang pernah diposting oleh akun @AdityaSani ini tak sengaja saya temukan pada timeline seorang Kompasianer yang masih berkategori anak muda Marlistya Citraningrum.
[caption caption="TwitPic sumber : Marlistya Citraningrum"]
Dengan kondisi demografi Indonesia,dimana separuh dari total populasi penduduknya berusia dibawah 30 tahun (berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik tahun 2010-2015), ini bagai dua sisi mata pisau. Bisa dianggap sebagai bonus sekaligus tantangan. Bonusnya, dengan jumlah usai produktif yang besar akan menjadi penggerak roda perekonomian negara. Tantangannya, menjelang diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) akhir tahun 2015 ini, tentu saja menuntut kita mampu bersaing dengan kompetensi lebih.
FWD Life dalam wujud tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility), benar-benar jeli melihat dua sisi mata pisau ini (bonus dan tantangan) dari kondisi demografi Indonesia. Dan akhirnya sejak tahun 2014 memulai program FWD Life Passionpreneur #BebasBerbagi untuk mendukung wirausahawan muda yang berkeinginan mengembangkan sebuah bisnis dalam skala kecil dan menengah.
Mengapa wirausahawan? Paul Kartono (Direktur & Chief Financial Officer FWD Life), menjelaskan karena di Indonesia jumlah entrepreneur baru berkisar 1.6%. Angka yang masih terlalu kecil.
Tidak hanya sekadar muda, program ini juga menekankan pada bisnis yang dilandasi oleh passion. Anak muda memang identik dengan inovasi dan kreativitas. Tapi belum semua orang mampu menemukan passionnya, bahkan berani mewujudkannya. Jadi nyali adalah salah satu modal untuk mewujudkan passion menjadi sebuah bisnis.
Apa itu passion ? Kerap menjadi pertanyaan banyak orang. Passion seringkali hanya menjadi luxury talk tanpa banyak orang memahami benar artinya.
Dedy Dahlan ( Founder Passionpreneur Academy) yang juga menjadi salah satu pembicara dalam kopdar #BerbagiBersama mengungkapkan, Passion itu sebuah ketertarikan yang membuat kita selalu bersemangat melakukan atau menciptakan (create) sesuatu. Sama dengan yang pernah saya baca dari buku Rene Suhardono yang juga seorang passion coach. Passion is not what you really good at,it’s what you really enjoy most. Passion adalah tentang hal-hal yang membuat kita berdaya.
Dari 1399 proposal bisnis yang terjaring di microsite bebaskanlangkah.com/bebasberbagi akhirnya terpilihlah 5 finalis besar dan pemenangnya.
1. Juara 1 : Alicia Vanakker, Rumah MC Indonesia. Sebuah agensi MC (Master of Ceremony). Alicia membangun bisnisnya sejak masih kuliah dan melakoni profesi sebagai MC. Bisnisnya dibilang masih langka. Karena kebanyakan yang sudah ada bukan sebuah agensi tapi akademi. Rumah MC menjadi semacam One Stop Service sebagai jasa agensi, akademi, majalah,dan festival lomba . Misi awalnya adalah untuk bisa mempertemukan kebutuhan klien terhadap MC sesuai tema acara (profil MC) dan mencarikan MC sebuah job yang tepat.
2. Juara 2 : Anggia Rahendra, aplikasi PLUA (mobile apps agregator) .Aplikasi ini membantu orang menemukan peluang informasi. Jika diihat sekilas misinya mirip sejarah didirikannya Google yaitu sebagai gudang informasi tak terbatas (data mining). Anggia yang masih menjadi mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Telekomunikasi , merilis bisnis yang menjadi trend industri saat ini, start-up digital.
[caption caption="TwitPic sumber : Daniel Mashudi"]
3. Juara 3 : Ignatius Leonardo, Kulit Kayu. Memproduksi produk fashion (dompet dan tas) dari tutup botol wine. Bisnis ini berkonsep Eco-Friendly .Jadi bahan-bahan untuk menghasilkan produknya menggunakan bahan pengganti (substitusi) tanpa harus menebang pohon. Sasaran pasarnya adalah komunitas pecinta lingkungan.
4. Finalis Fitri Kumala : Star Wannabe. Menjaring talent untuk menjadi high quality star dan managing career opportunity. Mendirikan bisnis ini karena memang hobi menyanyi dan dengan latar belakang pendidikan psikologinya, membantu para talent menyiapkan mental bintang.
5. Finalis Rinda Fitra : Starbook Coffee. Kafe kopi yang menyajikan kopi asli Lampung ini berkonsep sosial bisnis dengan 3P Profit, People,Planet. Ide bisnisnya lahir dari kegelisahan melihat Lampung sebagai produsen kopi terbesar namun hasil terbaik justru hanya diekspor dengan margin kecil. Ini mengubah kopi yang seharusnya merupakan produk sosial menjadi produk komersial.
Lima anak muda ini adalah bagian kecil dari jutaan anak muda lainnya yang bisa menjadi contoh bahwa tak perlu menunggu “tua” mewujudkan keinginan berwirausaha. Inilah anak-anak muda yang bernyali yang membuat Indonesia tak mampu dihentikan. Merekalah Unstoppable Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H