Mohon tunggu...
Popy Indriana
Popy Indriana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Talkative outside, an introvert inside.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ayo ke Museum! Edisi Museum Nasional

14 November 2014   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:49 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya tidak berpikir untuk menuliskan aksi apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia. Rasa-rasanya memang belum ada hal luar biasa yang pernah diukir. Jika sekedar nyinyir di sosial media mungkin akan lebih mudah dituliskan :) Namun tiba -tiba mendapat ide untuk menceritakan pengalaman jalan-jalan ke museum. Ya, saya memang ingin sekali menanamkan pada anak kecintaan terhadap museum. Mengapa museum? Karena tempat ini merupakan sarana tempat belajar yang ideal untuk mengenalkan kekhasan budaya dan sejarah dengan dokumentasi nyata. Sabtu 07 November lalu, saya memutuskan untuk mengunjungi Museum Nasional atau yang dikenal dengan Museum Gajah. Niatan ini sudah tertunda beberapa kali karena alasan klasik. Malas, dan akhirnya memilih menghabiskan waktu ke Mall :) Ngemal memang pilihan aktivitas di akhir pekan yang paling mudah. Tak perlu berpikir panjang, dengan segala pilihan Mall yang ada tentu kami bisa langsung memutuskan di perjalanan :) Sampai akhirnya saya dan suami bertekad mengurangi acara ngemall. Agar anak juga tak konsumtif, dan memaksa kita sebagai orang tua, lebih kreatif memilih acara jalan-jalan yang lebih ada unsur edutainment , seperti yang banyak disarankan dalam buku-buku atau artikel parenting hehehehe [caption id="" align="aligncenter" width="268" caption="Museum Nasional atau Museum Gajah sumber:centratour.blogspot.com"][/caption] [caption id="attachment_353894" align="aligncenter" width="300" caption="Direktori Museum Nasional sumber : dok pribadi"][/caption] Museum Nasional adalah museum keempat yang pernah kami kunjungi. Sebelumnya saya sudah mengajak anak ke Museum kota tua Jakarta, Museum wayang dan Museum Asia Afrika di Bandung. Pengalaman pertama mengunjungi museum bersama anak saya bisa dikatakan belum berhasil (bukan gagal ). Alih-alih ingin menumbuhkan rasa kecintaan pada museum, anak saya justru merasa ketakutan dengan pemandangan dan suasana di dalam museum kota tua yang memang dulu bekas penjara di jaman pendudukan Belanda. Jadi kesan angker yang dirasakan anak saya seperti membuat dia sedikit trauma :)

Mungkin juga faktor umur. Saat berkunjung dulu, anak saya masih berumur 4 tahun jadi belum bisa diajak untuk membuat sesuatunya lebih interaktif.

Kunjungan ke Museum Nasional kali ini, anak saya sudah berumur 6 tahun dan sudah bisa menulis. Jadi cara membuat dia lebih aktif adalah dengan menugaskan membuat reportase sederhana. Ya, kami memerintahkan padanya untuk menulis pada secarik kertas, benda- benda apa saja yang dia temui selama di museum. Menulis selain melatih motoriknya juga merupakan proses penyerapan informasi "subliminal". Kelak ketika dia ditanya tentang museum, database bawah sadarnya akan merespon dengan baik :)

Selain itu pemandangan dan suasana di Museum Nasional jauh lebih bersahabat dengan pencahayaan yang lebih baik sehingga anak saya merasa lebih nyaman berkeliaran. Terlebih banyak sekali pelajar, mahasiswa dan tentu saja wisatawan mancanegara yang berkunjung kesini membuat suasana lebih ramai.

Cukup membayar 12.000 rupiah untuk kami bertiga,  berikut saya bagi sedikit oleh-oleh beberapa gambar di Museum Nasional :)

Memasuki halaman paling depan mulai terlihat beberapa koleksi arkeologi berupa patung arca. Tetapi kami hanya melewatkan. Anak saya sepertinya kurang begitu nyaman melihat arca-arca ini jadi kami langsung menuju ke dalam untuk melihat koleksi budaya Indonesia. Dimulai dengan benda-benda dari Pulau Sumatera. Di masing-masing ruang terdapat catatan Etnografinya.

[caption id="attachment_353935" align="aligncenter" width="300" caption="Etnografi Sumatera sumber: dok pribadi"]

14158703121602280441
14158703121602280441
[/caption]

Masuk ke dalam lagi, kita bisa melihat ciri khas budaya Jawa dan Bali. Melihat budaya Jawa lebih membuat saya bisa melting, ya karena alasan saya orang Jawa jadi chemistrynya dapat :)

[caption id="attachment_354065" align="aligncenter" width="300" caption="Gamelan Jawa sumber : dok pribadi"]

1415934389921082273
1415934389921082273
[/caption] [caption id="attachment_353911" align="aligncenter" width="300" caption="Wayang Kulit Jawa sumber : dok pribadi"]
14158677181060605685
14158677181060605685
[/caption] [caption id="attachment_353912" align="aligncenter" width="300" caption="Pasren sumber: dok pribadi"]
14158678001924701665
14158678001924701665
[/caption] Yang menarik saya adalah Pasren atau ruang bersemayam Dewi Sri. Saya sempat mencuri dengar seorang guide yang menerangkan filosofi Jawa ini kepada sejumlah pelajar SMA. Dewi Sri yang dalam mitos Jawa merupakan Dewi Padi selalu diidentikkan dengan pembawa kemakmuran. [caption id="attachment_353913" align="aligncenter" width="300" caption="Catatan tentang filosofi Pasren sumber : dok pribadi"]
14158679561719847987
14158679561719847987
[/caption] Selain Jawa, yang menarik perhatian saya adalah budaya Bali. Melihat pura tempat beribadah umat Hindu, mengajarkan kepada anak saya tentang keberagaman Agama di Indonesia. [caption id="attachment_354066" align="aligncenter" width="300" caption="Miniatur Pura Bali sumber dok pribadi"]
1415934456549677970
1415934456549677970
[/caption] [caption id="attachment_354069" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Ogoh-Ogoh Bali sumber: dok pribadi"]
1415934689420245227
1415934689420245227
[/caption] Di museum juga dikenalkan miniatur aneka rumah adat tradisional di Indonesia [caption id="attachment_354070" align="aligncenter" width="300" caption="Miniatur rumah adat tradisional Indonesia sumber dok pribadi"]
14159349092099370849
14159349092099370849
[/caption] Selain hal yang terkait dengan Indonesia, kita juga bisa melihat koleksi keramik dari berbagai negara seperti Cina, Vietnam, dan Thailand.

Mengenalkan Indonesia melalui museum, adalah cara yang cukup efektif. Terutama jika dilakukan sejak dini. Mengapa? Sebelum anak kita sudah direbut dan "dijajah" dengan budaya luar, kita sudah mengenalkan lebih dahulu kekayaan budaya Indonesia kepadanya. Menanamkan kebanggaan dan kecintaan terhadap negaranya.

Anak -anak kita adalah penerus bangsa. Kepada siapa lagi kita menitipkan kekayaan budaya Indonesia jika tidak kepada mereka. Sebelum budaya kita dicuri dan diakui sebagai milik bangsa lain.

Saya pikir inilah  satu aksi kecil dan sederhana dari kami untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun