Kata-kata itu terasa seperti secercah cahaya bagi Sari. Dalam minggu-minggu berikutnya, dia mulai lebih aktif. Ia mulai membantu Ibu Guru Ani mengadakan kelas baca sore hari untuk anak-anak yang tidak bisa bersekolah di pagi hari karena harus membantu orang tua mereka di sawah.
Suatu sore, ketika Sari sedang mengajar adiknya dan beberapa anak lainnya, Ayahnya datang untuk mengamatinya. Ia berdiri di ambang pintu, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang Sari ucapkan kepada anak-anak tersebut.
Setelah kelas selesai, Ayah Sari mendekatinya, matanya berkaca-kaca. "Sari, Ayah tidak pernah tahu kalau belajar itu bisa seindah ini."
Sari tersenyum, "Ayah, setiap anak di desa ini layak mendapat kesempatan untuk belajar. Mungkin suatu hari, mereka bisa mengubah desa kita menjadi lebih baik lagi."
Citra Khairani
Ayah Sari mengangguk, bangga. "Dan kamu sudah mulai melakukannya, Nak. Ayah bangga padamu."
Kisah Sari menyebar ke seluruh desa. Perlahan tapi pasti, orang tua mulai melihat pentingnya pendidikan. Tahun itu, lebih banyak anak yang mendaftar ke sekolah daripada sebelumnya. Sari, dengan bantuan Ibu Guru Ani, terus mendidik dan menginspirasi, membawa warna baru ke pagi di Negeri Lembah, membuktikan bahwa pendidikan bisa menjadi lukisan yang indah di kanvas kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H