Mohon tunggu...
Geraldo Laurenzo
Geraldo Laurenzo Mohon Tunggu... Administrasi - Cerca Trova

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bukan Sweet Seventeen

4 Oktober 2019   09:55 Diperbarui: 31 Oktober 2019   14:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Yang paling pokok adalah mengerti bahwa tradisi beri memberi hadiah merupakan lambang dari arti hidup itu sendiri yakni sebagai sebuah Pemberian. Apa hakikat dari pemberian kiranya tergambar dari proses kita menjadi manusia.

Orang tua kita "menjadikan" sebagai ekspresi cinta mereka tanpa ketidakhadiran kehendak dari kita yang menerima, dan memang kita tidak mungkin menentukan kehendak kita dilahirkan.

Secara eksistensial kita tidak berdaya, maka coba kita pikirkan lagi pada saat apa kita nanti menjadi manusia? Apakah dengan mengambil konsep duniawi saja? Saya rasa tidak. Semua manusia yang telah ada, ada, karna kita adalah keadaan yang ada bukan ketiadaan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak berguna, fakta bahwa dinamika hidup manusia berbeda-beda, Ya!

Ada yang sukar ada yang mudah ada yang sakit ada yang sehat, ada yang miskin ada yang kaya, ada yang punya melihat, ada yang buta, ada yang cacat mental ada yang normal, semuanya itu tidak boleh memberikan hak kepada kita untuk mengeluh ataupun sombong.

Hati-hati dalam mengucap syukur sebab ketika kita salah mengucap syukur di situ kita mengalami kegagalan pemaknaan hidup. Anugerah hidup tidak bergantung pada apa yang telah kita buat, sebab ia merupakan hak dari Sang Pemberi Hidup.

Maka karena itu tujuan kita hidup adalah untuk memaknai kehidupan kita secara benar tanpa harus memaksakan kepada Sang Pemberi kehendak kita yang tidak sempurna, jangan mengatur diri kita seenaknya apalagi mulai menghitung dan menilai kebaikan dan kekurangan hidup kita secara matematis, seban hal itu akan membuat kita memperkosa hidup kita untuk melulu memili apa yang kita sukai. 

  • Manusia dan Destinasi akhir

Hari ulang tahun bukanlah semata hari kita mengharapkan umur panjang sebab ulang tahun itu dengan sendirinya bukan merayakan umur panjang tetapi usia yang semakin pendek. Hari ulang tahun bukanlah hari kita menginginkan kemuliaan sebab konsep kemuliaan kita kadang tidak seperti konsep kemuliaan pemberi hidup.

Hari ulang tahun bukan soal hitung menghitung kita sudah sukses atau gagal, . Hari ulang tahun adalah hari kita memaknai kehidupan kita dengan bertanya kenapa saya mengada di dunia ini?

Dengan bertanya demikian kita akan menjalani dinamika kehidupan ini bukan secara pasif dan cuek "let it go" atau "Que Sera Sera" tanpa makna, namun dengan kita merayakan hari kita menjadi manusia dan memikirkan kenapa kita dilahirkan, ini mendorong sikap aktif kepada kita untuk menjalani hidup yang benar. Urusan rahmat menjadi urusan-Nya. 

  • Epilog

Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan.

Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun