Kau salah jika berpikir seperti itu. Aku tak malas. Aku berjuang sampai darah penghabisanku.
Aku tak peduli akan cacian makian mereka padaku. Asalkan kau pembuat kotak persegi panjang. Janganlah hilang harapanmu kepadaku. Aku ini tetap manusia biasa yang tak punya apa-apa. Aku datang kepadamu hanya membawa harapan, keinginan dan ambisiku.
Inilah hidupku. Hidup penuh penderitaan. Polemik yang aku hadapin ini. Bisa membuat aku gila. Tapi, aku tak akan gila seperti orang gila di jalanan sana. Aku hanya akan gila bila ambisiku mengubah aku menjadi orang baru. Melupakan kau sang pembuat kotak persegi panjang.
Bila suatu saat nanti. Aku berhasil dengan ambisiku itu. Tapi, aku harap kau pembuat kotak persegi panjang. Datanglah kepadaku, tagih apa yang pernah aku katakan kepadamu. Dengan begitu, aku tak akan berubah jadi gila. Aku juga akan punya alasan pada mereka.
"Lihat.. aku si gelar hormat yang kalian cemoh dan hina. Aku datang membuktikan tentang ambisiku yang menjadi nyata. Hidup memang keras bung.. Tapi, aku tak mau menyerah hanya karna peluru menembus kulitku. Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang. Ku mau tak seorang pun menyentuhku. Tak juga kau."
Sepintas bait puisi Chairil Anwar, aku masukan dalam kataku. Menunjukkan aku seorang pejuang bukan seorang pengecut yang takut akan ambisinya sendiri. Hidup abstrak yang aku jalani ini. Akan aku ubah menjadi nyata. Mulai detik ini. Kau tunggu saja, pembuat kotak persegi panjang.
TAMAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI