Liburan yang Sederhana dan Berkesan
Liburan semester kali ini aku sekeluarga tak dapat pergi berjauhan, lantaran ayahku sedang dilanda kesibukan padat. Tapi tak apa aku tau papa ku sibuk juga demi keluargaku. Oleh karena itu, demi menghibur aku dan adikku ayah mengajak kami sekeluarga slow living di Danau Singkarak.Â
Kami berjumlah lima anggota keluarga berangkat dengan mobil dari arah Padang Panjang pukul 14.30 siang hari. Sepanjang jalan Padang Panjang terlihat para pedagang durian di pinggir jalan. Semerbak aroma durian menyapa hidung.Â
Kami sekeluarga termasuk kategori pecinta durian. Papa ku yang mengendarai mobil tiba-tiba saja menepi ke pinggir jalan tepat di depan seorang penjual durian. Usut punya usut ternyata si penjual merupakan kawan baik papa ku yang tinggal di Kayu Tanam, jadi saat membeli duriannya ayahku diberi diskon besar.
Durian yang dibeli papa ku lansung dibelah di tempat dan dipindahkan pada wadah. Ternyata bunda ku sudah lebih dulu prepare wadah untuk durian dari rumah. Jadilah di sepanjang jalan menuju Danau Singkarak kami diisi dengan suara musik dan aktivitas memakan durian.
Perjalanan dari Padang Panjang ke Danau Singkarak ini memakan waktu hampir satu jam. Di tepian jalan banyak para pedagang buah yang menjual berbagai macam buahan segar. Namun, meskipun begitu perjalanan ini cukup menyenangkan bagiku karna jarang jarang keluargaku memiliki waktu untuk family time.Â
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu hingga kami hampir tiba di tempat. Di balik kaca mobil sudah mulai terlihat tepi Danau Singkarak dengan hamparan airnya yang jernih memantulkan sinar metari. Tak sabar rasanya bersentuhan dengan air danau nan sejuk itu.
Setauku dari Google Danau Singkarak ialah danau yang membentang di antara dua kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Barat, yaitu kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar. Danau ini katanya hulu dari sungai Ombilin. Sebagian air danau ini digunakan juga untuk menggerakkan generator PLTA.Â
Danau ini juga dikelilingi bukit bukit hijau subur yang mempesona, bagiku yang suka dengan alam pemandangan ini sangat menyejukkan mata. Sangking jernih airnya bahkan bisa memantulkan sinar mentari, seakan akan membentuk lukisan alam di atas air.
Ekosistem alam di sini juga tampak masih terjaga. flora dan faunanya menambah daya tarik pengunjung ke sini, terutama ikan bilihnya. Danau Singkarak juga banyak menyediakan berbagai aktivitas wisata alam, seperti berperahu, memancing, dan trekking di sekitar pegunungan, yang cocok bagi para pencinta alam.
Selain itu, akses menuju ke Danau Singkarak juga dapat dilalui dengan dua jalur berbeda, sehingga memudahkan wisatawan. Akses yand dapat kita lalui, yaitu melewati Bukittinggi dan Padang Panjang. Kita juga bisa ke Danau Singkarak melewati Solok yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar 2 jam. Dari banyaknya akses ke Danau Singkarak bagi aku dan keluarga yang tidak memiliki banyak waktu tentu saja menjadi pilihan utama slow living.
Saat berlibur ke Danau Singkarak kurasa kita tak perlu takut kelaparan. Sebab di sepanjang perjalanan menuju danau dari arah Padang Panjang berjejer para pedagang mulai dari buah, makanan ringan hingga nasi padang pun ada. Tentu saja aku dan keluargaku berhenti untuk membeli.
Belum lagi berbagai olahan ikan bilih mulai dari bilih goreng, dendeng bilih, pangek bilih dan palai bilih. Ikan bilih ini merupakan salah satu oleh ciri khas makanan di Danau Singkarak. Satu hal yang paling aku cari di sana, yaitu palai bilihnya cita rasa ikan bilih dan kelapanya melekat diingatanku apalagi makannya dengan nasi hangat. Membuatku betah slow living tanpa takut kelaparan.
Â
Setelah mobil terparkir aku dan dua adikku bergegas turun. Kebetulan sekali suasana di tempat kami akan bermain tak terlalu ramai, karna papa ku tau aku dan adikku tidak terlalu menyukai suasana ramai. Bunda lansung mengiringi kami ke arah tempat ganti pakaian. Di tempat itu tertulis bayar RP. 2000 untuk ganti pakaian dan RP.5000 untuk mandi.
Setelah berganti pakaian lansung saja kami terjun bermain ke danau. Pelampung karet yang memang sudah bunda siapkan dari rumah pun kami pakai. Maklum saja aku dan dua adikku tak pandai berenang padahal papa dan bunda sama-sama bisa berenang.
Bosan dengan bermain air kami memutuskan menaiki perahu angsa besar untuk mengelilingi danau. Untuk mainaiki perahu ini kita harus membayar biaya mulai dari Rp30.000. Aku pun mengelilingi danau dengan adik dan bunda ku. Perahu itu dikendalikan lansung oleh pemiliknya.Â
Banyak olahraga dan Wisata air yang tersedia di danau ini. Mulai dari perahu bebek hingga speedboat. Tapi yang paling aku suka adalah wisata mengelilingi danau dengan perahu bebek. Sebenarnya ini karena aku tak bisa berenang jadi hanya beberapa wahana saja yang aman ku coba.
Setelah puas dua jam bermain air tak terasa perut kami sudah mulai kelaparan. Kebetulan bunda ku sudah membawa bekal nasi dan lauk dari rumah katanya sih supaya lebih hemat. Kami pun memutuskan untuk makan dan menyewa tikar yang memang biasanya disewakan oleh warga setempat yang berjualan di sana.
Saat makan beberapa pedagang yang jualan dengan cara meletakkan dagangannya di atas kepala mulai berdatangan. Salah satunya berhenti di tempat kami duduk. Pedagang itu menjual berbagai makanan mulai dari buah hingga lauk pauk. Terlihat di sana buah pepaya, pisang, sawo dan nangka. Terdapat juga lauk telur puyuh, bilih goreng, bilih rebus, palai bilih dan pensi .
Sebagai orang yang suka bilih tentu saja aku minta bunda untuk membelikan bili goreng dan palai bilih untukku. Di situ adikku juga ikut membeli buah dan pensi. Palai di sini di jual cukup murah Rp10.000 saja sudah dapat 3 buah palai dengan ukuran yang lumayan. Kami pun malan nasi ditambah dengan lau tadi apalagi palai di sini enak enak semua.
Saat waktu ashar tiba papa ku mengajak kami sholat di mesjid terdekat. Jarak mesjid dari tempat kami cukup dekat sekitar lima meter dari tempat kami bermain. Untuknya akses berbagai fasilitas umum di sana cukup mudah dan dekat jadi pengunjung seperti kami tidak kesusahan.Â
Pemandangan sunset di danau ini sangat memanjakan mata. Sesuai rencananya nya aku dan papa ku akan mengumpulkan pensi (kerang kecil) sambil menunggu sunset. Biasanya saat menjelang senja para nelayan sudah mulai berlayar dengan perahu untuk menangkap ikan bilih.Â
Setelah puas melihat sunset kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Di perjalanan pulang kami berhenti di tempat pedagang buah tepi jalan terlihat ada buah sawo yang tampak segar. Di situ bunda ku memutuskan membeli buah untuk dimakan dirumah. Setibanyq di rumah kami langsung mencicipi buahnya rasa manis dan segar menyapa indra perasaku. Bagiku slow living kali ini sangat menyenangkan walaupun terkesan sederhana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI