Saat berlibur ke Danau Singkarak kurasa kita tak perlu takut kelaparan. Sebab di sepanjang perjalanan menuju danau dari arah Padang Panjang berjejer para pedagang mulai dari buah, makanan ringan hingga nasi padang pun ada. Tentu saja aku dan keluargaku berhenti untuk membeli.
Belum lagi berbagai olahan ikan bilih mulai dari bilih goreng, dendeng bilih, pangek bilih dan palai bilih. Ikan bilih ini merupakan salah satu oleh ciri khas makanan di Danau Singkarak. Satu hal yang paling aku cari di sana, yaitu palai bilihnya cita rasa ikan bilih dan kelapanya melekat diingatanku apalagi makannya dengan nasi hangat. Membuatku betah slow living tanpa takut kelaparan.
Â
Setelah mobil terparkir aku dan dua adikku bergegas turun. Kebetulan sekali suasana di tempat kami akan bermain tak terlalu ramai, karna papa ku tau aku dan adikku tidak terlalu menyukai suasana ramai. Bunda lansung mengiringi kami ke arah tempat ganti pakaian. Di tempat itu tertulis bayar RP. 2000 untuk ganti pakaian dan RP.5000 untuk mandi.
Setelah berganti pakaian lansung saja kami terjun bermain ke danau. Pelampung karet yang memang sudah bunda siapkan dari rumah pun kami pakai. Maklum saja aku dan dua adikku tak pandai berenang padahal papa dan bunda sama-sama bisa berenang.
Bosan dengan bermain air kami memutuskan menaiki perahu angsa besar untuk mengelilingi danau. Untuk mainaiki perahu ini kita harus membayar biaya mulai dari Rp30.000. Aku pun mengelilingi danau dengan adik dan bunda ku. Perahu itu dikendalikan lansung oleh pemiliknya.Â
Banyak olahraga dan Wisata air yang tersedia di danau ini. Mulai dari perahu bebek hingga speedboat. Tapi yang paling aku suka adalah wisata mengelilingi danau dengan perahu bebek. Sebenarnya ini karena aku tak bisa berenang jadi hanya beberapa wahana saja yang aman ku coba.
Setelah puas dua jam bermain air tak terasa perut kami sudah mulai kelaparan. Kebetulan bunda ku sudah membawa bekal nasi dan lauk dari rumah katanya sih supaya lebih hemat. Kami pun memutuskan untuk makan dan menyewa tikar yang memang biasanya disewakan oleh warga setempat yang berjualan di sana.
Saat makan beberapa pedagang yang jualan dengan cara meletakkan dagangannya di atas kepala mulai berdatangan. Salah satunya berhenti di tempat kami duduk. Pedagang itu menjual berbagai makanan mulai dari buah hingga lauk pauk. Terlihat di sana buah pepaya, pisang, sawo dan nangka. Terdapat juga lauk telur puyuh, bilih goreng, bilih rebus, palai bilih dan pensi .
Sebagai orang yang suka bilih tentu saja aku minta bunda untuk membelikan bili goreng dan palai bilih untukku. Di situ adikku juga ikut membeli buah dan pensi. Palai di sini di jual cukup murah Rp10.000 saja sudah dapat 3 buah palai dengan ukuran yang lumayan. Kami pun malan nasi ditambah dengan lau tadi apalagi palai di sini enak enak semua.
Saat waktu ashar tiba papa ku mengajak kami sholat di mesjid terdekat. Jarak mesjid dari tempat kami cukup dekat sekitar lima meter dari tempat kami bermain. Untuknya akses berbagai fasilitas umum di sana cukup mudah dan dekat jadi pengunjung seperti kami tidak kesusahan.Â