Mohon tunggu...
Lokawarta STAI Muttaqien
Lokawarta STAI Muttaqien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembaga Pers Mahasiswa

Lembaga Pers Mahasiswa atau biasa disebut LPM, merupakan organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang jurnalistik. Adapun nama dari LPM ini yaitu Lokawarta dan bermarkas di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR. KH. EZ. Muttaqien, Purwakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah yang Efektif di Era Digital

7 Juli 2023   21:01 Diperbarui: 7 Juli 2023   21:08 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa dakwah kerusakan akan merajalela, kehidupan akan jauh dari aturan allah, padahal kita tahu persis bahwa sumber kerusakan itu adalah ketika hukum Allah di tinggalkan, memisahkan peranan agama dari kehidupan, orang--orang cenderung bebas melakukan ini itu, kita menjadi  korban dan  penikmat tayangan mereka, dan lihat bagaimana faktanya sekarang degradasi moral terjadi. refrensi buruk mempunyai porsi yang lebih banyak di benak kepala, dan porsi pemahaman agama sedikit, padahal pemahaman agama sama penting nya, minim nya pengetahuan ilmu agama juga dapat berpengaruh kepada kualitas moral seseorang, karena tujuan agama adalah sebagai tuntunan agar manusia memiliki akhlakul karimah (akhlak yang terpuji). Sebagai mahasiswa yang notabene agen perubahan, tentu ini menjadi pekerjaan rumah baru, mahasiswa harus sadar dalam tanggung jawab memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, apalagi buat kamu yang jurusan komunikasi dan kuliah di universitas islam. Menyiarkan nilai--nilai Islam kepada khalayak .

Di era sekarang banyak sekali opsi untuk menyampaikan pesan dakwah ketimbang zaman dahulu yang sangat terbatas, dalam islam konsep dan metode sudah Allah turunkan, dan itu baku bagi manusia, yang tidak baku, bisa dimainkan dan terus disesuaikan dengan waktu dan tempat, adalah uslub atau cara, atau kemasan. Misalnya, ibadah haji itu punya konsep dan metode tersendiri yang baku dan tetap, hanya zaman Rasulullah perginya menggunakan unta, dan pada masa kini menggunakan pesawat terbang, ini tidak mengapa, sebab ia adalah uslub diamana boleh menyesuaikan dengan tempat dan waktu. Sama seperti dakwah yang sudah baku konsep dan metode nya, yang kita bisa bebas berkreasi di dalamnya adalah pada uslub dakwah.

Bagaimana cara kita menyampaikan, pilihan gaya dalam menyampaikan, pilihan media penyampaian, dengan memaksimal kan teknologi yang ada kita kemas seindah mungkin, sekreatif mungkin sebagai harapan pesan dakwah lebih efektif tersampaikan, dan banyak orang yang tercerahkan oleh Islam. Semakin berkualitas informasi yang benar dan baik, dan semakin sering seseorang mendapatkan informasi yang benar dan baik, maka akan semakin baik cara pikirnya, dan lebih baik pula aktivitasnya. Tugas kita sebagai seorang muslim untuk memasok informasi-informasi baik itu secara kualitas dan kuantitas, agar seseorang dapat berubah. itulah berdakwah dengan seni, misalnya ketika kita ingin mendakwahkan bahwasanya Riba itu adalah dosa yang besar, maka kita memasukkan informasi berkualitas sebanyak-banyaknya, hingga pemikiran sebelumnya yang menghalalkan praktik riba sedikit demi sedikit dapat berubah, dengan informasi-informasi yang membuatnya cenderung meninggalkan praktik tersebut. sebagus apa pun ilmu yang kita miliki, sepintar apa pun kita, bila kita tidak pandai dalam mengemas pesan tersebut, kita tidak Akan punya kesempatan untuk mengubah pemikirannya, di sini pentingnya konteks atau kemasan dalam berdakwah. Mengapa kemasan menjadi elemen penting, ini bisa kita lihat dari  hasil yang di dapatkan oleh Yankelovich, sebuah firma yang meneliti periklanan, mereka mendapatkan bahwa di perkirakan penduduk di Amerika rata--rata terpapar sekitar 2000 pesan iklan per hari di tahun 1977, dan pada 2007 meningkat menjadi 5000 pesan iklan per hari. Itu baru hitungan pesan iklan, bagaimana dengan zaman sekarang di dunia sosial media di mana kita di paksa menerima berbagai pesan termasuk iklan dengan beragam kontennya, kesimpulannya, benak kita dibanjiri oleh pesan--pesan setiap harinya. Tidak hanya pesan--pesan yang terlalu banyak, tapi setiap manusia juga punya jangka waktu yang sangat terbatas untuk mencerna dan mempertahankan pesan-pesan. Bila satu pesan dirasakan tidak menarik bagi seseorang, dengan mudah dia memindahkan perhatiannya kepada pesan lainnya  yang baginya lebih menarik. Maka menahan perhatiann objek dakwah pada pesan yang kita sampaikan mejadi penting. Pesan yang begitu banyak memenuhi objek dakwah dan perhatian dakwah yang terbatas terhadap pesan, menjadi sebuah kombinasi yang sangat menantang untuk bisa menyampaikan pesan dakwah, dan visualisasi dakwah adalah cara terbaik saat ini yang menjadi solusi bagi kedua tantangan di atas. Karena dengan visual, kita bisa menjadi berbeda dan menarik dalam mengemas konten dakwa sekaligus menyampaikan banyak hal dalam waktu singkat.

Tak di pungkiri lagi manusia adalah makhluk visual, bagi sebagian besar kita, gambar lebih menarik daripada sekedar kata--kata. Gambar lebih berarti daripada sekedar kata--kata, gambar lebih berarti daripada 1000 kata, begitu ungkapan yang sering kita dengar. Dan ternyata manusia secara alamiah juga lebih mudah mengingat pesan yang disampaikan secara visual di bandingkan dengan yang hanya disampaikan secara teks, karena dengan visual kita bisa melibatkan emosi objek dakwah dibandingkan hanya dengan kata--kata.

Satu studi tentang ingatan manusia juga menemukan bahwa setelah tiga hari, hanya 10-20% informasi yang tersisa dari apa yang kita dengar dan kita baca, namun 65% informasi dapat ditahan bila di sampaikan secara visual. Studi lain menegaskan bahwa ilustrasi teks dapat dipahami 9% lebih baik ketimbang teks biasa bila tes di lakukan pada saat itu juga, dan 83% lebih efektif bila responden diberikan waktu lebih untuk memahami ilustrasi teks itu. Selain itu dengan bantuan visual pembelajaran bisa 400% lebih efektif menurut sumber lain. Di sini kita mendapatkan bahwa visual yang menjadi kemasan atau konteks itu penting, bayangkan saja begini, dalam permainan catut, raja adalah segalanya yang menentukan permainan, bila Raja hilang maka selesai permainan, namun Raja justru geraknya terbatas, dan yang memainkan peranan lebih dalam catut adalah ratu, yang bergerak lebih bebas dan variatif, ide itu seperti Raja, kemasan dalam Ratunya, Ratu menjadi percuma tanpa Raja, dan raja bersulap lengkap bila bersama Ratu.

Bukan juga cara yang di sampaikan rasul dan generasi setelahnya salah, hanya saja mereka menggunakan cara cara yang terbaik pada masanya. Ada penambahan Medan yang kita hadapi dengan medan para rasul dan sauri tauladan hadapi, kalau segemntasti mereka atau target sasarannya adalah mesjid, pasar, tempat perkumpulan, kalau kita yang sudah mengenal internet medan dakwahnya  bertambah di media online. Faktanya sudah banyak sekali kita temukan anak anak muda di rentang usia 18-35 tahun membawa ponsel kemana pun ia pergi karena itulah dakwah harus di hantarkan di depan mata mereka, di media sosial, yaitu dunia di mana mereka berinteraksi setiap harinya dengan  rentang waktu  yang cukup lama. Bila kita cukup banyak memberikan informasi Islam pada mereka, dengan cara  yang mereka kuasai dan mudah untuk di cerna, maka inilah medan dakwah pada masa Online.

Dan sekarang terjadi di depan mata kita, usia pengguna internet Indonesia yang sangat muda, bila kita menyasar generasi--generasi muda, yang juga di sasar dulunya oleh Rasulullah, maka berdakwah di dunia ini menjadi suatu hal yang sangat merugikan bila di tinggalkan. Sebab pihak yang menginginkan keburukan pada Islam yang akan menguasainya, tidak dapat dipungkiri membuat lanskap dakwah di Indonesia berubah.

Penulis: Fajar Ariefianto

Editor: Nazaiqa Ikhwannul Haq

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun