Sudah beberapa hari aku liburan di Bali, udah banyak tempat yang aku kunjungi juga, khususnya tempat wisata di daerah Kuta. Hari ini, ga ada orang yang bisa diajak keluar dan ga ada kendaraan yang bisa dipinjam, jadi aku berencana hanya muter-muter di sekitar tempatku tinggal ini dengan berjalan kaki. Jadi, sekitar jam 5 sore WIT, aku keluar. Maksudku sekalian cari makan buat makan malam.
Namanya aja Pulau Dewata, jadi kita pasti berjumpa dengan banyak tempat pemujaan dewa. Nah, ini yang saya potret selama dalam acara jalan sore-sore itu.Â
Aku datang ke Bali antara Hari Raya Galungan sampe Kuningan nih, foto ini diambil saat udah Hari Raya Kuningan. Aku juga nemu rumah yang apik banget dengan penataan sangkar burungnya, makanya kufoto. Ini nih rumahnya :
Setelah mereka, seorang bapak usia 50 tahunan yang ternyata sopir mereka masuk dan berbincang-bincang dengan mereka. Dia kemudian memesan makanan paket ayam, nasi plus minuman yang menurutku itu paket Super Besar, karena ayamnya dua. Eh, setelah itu dia duduk di meja yang sama denganku. Meja itu sendiri bisa buat enam orang sih, cuma kan masih banyak tempat duduk kosong lainnya, aku bingung juga tuh kenapa dia milih duduk di tempatku. Mungkin karena aku terlihat seperti wanita yang ramah dan enak diajak ngobrol? Kalau gitu pikirannya, berarti dia bener banget. Hihihi. Jadi aku duduk di paling kiri, dan dia duduk di paling kanan seberangnya. Dan aku pun diajak ngobrol.
Terus terang, aku bukan tipe yang suka ngobrol, lebih senang diam dan menikmati musik. Jadi sejujurnya, aku agak terganggu juga tuh dengan kehadiran bapak ini. Tapi aku bukanlah raja, ku hanya seorang manusia biasa. Jadi ya kutanggapi lah omongannya, meskipun setengah-setengah sih.
Aku lihat bule-bule yang dia sopirin, sudah bersama dua cowok bule lainnya, mereka duduk dan berbicara serius di pojok ruangan sambil menikmati minuman. Didenger dari bahasa mereka, mereka ternyata orang Perancis. Wanita yang datang di awal itu, ternyata keturunan Perancis-Indonesia sehingga bisa berbahasa Indonesia dengan lancar, meski tampangnya bule banget. Kata bapak, yang bernama Pak Tombong ini, mereka baru tiba di Bali. Saat itu, mereka sudah mendatangi penginapan yang dipesan online, namun ternyata di alamat yang tertera hanyalah berdiri sebuah bangunan yang sudah ga terurus dan tidak ditinggali. Uang mereka Rp 3 juta untuk 3 malam menginap pun amblas, makanya mereka lagi bicara serius begitu. Nomor yang harusnya aktif, sekarang pun ga bisa dihubungi.
Ini seharusnya jadi perhatian juga ya buat kita semua, harus berhati-hati juga sih kalau sistem pesan online gitu. Aku sih ga tanya, pesan online-nya dimana. Namun, aku turut prihatin juga ngeliat mereka. But, what can i do? Aku aja tinggalnya numpang dengan sepupu. Makanya beberapa kali aku ngeliat mereka, sambil mendengarkan cerita Pak Tombong. Mungkin itu sebabnya salah satu cowok yang ada di sana, yang duduk menghadapku, beberapa kali juga melihat aku. Ah, ini entah dia yang ge-er atau aku yang ge-er ya? Wkwkwkwkkw
Setelah bercerita tentang tamu-tamunya, Pak Tombong pun berkisah tentang hidupnya. Nah, inilah yang membuat aku jadi antusias dan aku pun jadi kagum dengan Beliau. Jadi dulu Pak Tombong pernah juga mengadu nasib di Jakarta. Setelah belasan tahun kemudian, diapun pulang kembali ke Bali. Di sini, dia mulai berbisnis seperti yang dia tekuni sekarang, usaha rental mobil. Dari hasil itulah, lama-lama dia bisa membeli tanah. Tanah ini dia kembangkan menjadi vila. Kalian tahu siapa tamu-tamunya? Katanya ya, bos-bos besar yang punya perusahaan besar di Jakarta. Ada yang nyewa sampe  setahun. Villanya yang dulu cuma satu, kemudian dia bangun dan sekarang dia punya beberapa villa yang hampir full booked semua. Bahkan, menurut ceritanya lagi, ada seorang bos besar yang mempercayakan dirinya untuk mengurus tanah investasi yang dibeli. Dia juga memiliki tanah-tanah yang hendak dijualnya, dan sebenarnya dia pemilik rental mobil ini lho.