Mohon tunggu...
LOGI SUHANDI
LOGI SUHANDI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penyakit Karet Lengkap dan Pengendalianya

21 Juni 2014   03:14 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 3266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui semua hal tentang penyakit karet dan pengendalianya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).

Curah Hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).

Ketinggi Tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).

Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).

Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
 Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
 Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
 Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
 Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
 Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
 Kemiringan tanah < 16% dan
 Permukaan air tanah < 100 cm

2.2 Pemeliharaan Tanaman Karet
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman (Deptan, 2006).

Pengendalian Gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang alang,Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Maryadi, 2005).

Program Pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik (Nazaruddin dan Paimin, 1998)
BAB. III PEMBAHASAN
A. Penyakit Pada Tanaman Karet
Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit pada tanaman karet umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat serangan penyakit, kerugian lain ialah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Maka dari itu upaya pencegahan harus di perhatikan penuh serta pengamatan dini secara terus menerus sangat penting. Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun.
1. Penyakit yang menyerang akar
a. Penyakit akar putih
Disebut penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih dan menempel kuat dan sulit dilepas. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna coklat.
Penyebab penyakit akar putih adalah cendawan (rigidoporus lignosus) yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman.badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika badan buah kering akan berwarna coklat.
Gejala penyakit akar putih ini adalah
a. daun daun tanaman menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun daun ini akan gugur dan rantingnya mati.
b. Tanaman yang terserang membentuk daun daun muda, bungan dan buah lebih awal.
c. Pada akar tampak benang benang jamur putih dan agak tebal.
Penyakit akar putih merupakan jenis penyakit yang berbahaya bagi perkebunan karet. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian pada tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi. Serangan sering di jumpai pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun.tanah bertekstur tanah gembur dan berpasir yang paling banyak menyerang ditemui pada perkebunan karet.
Pengendalian penyakit akar putih ini ialah:
1. Penyingiran dan pembakaran sisa sisa tunggul tanaman lama di areal perkebunan.
2. Menanam tanaman penutup (cover croop) terutama kacang kacangan. Tanaman ini membantu mempercepat penguraian akar akar tanaman yang tersisa.
3. Menanam bibit karet yang bebas bibit penyakit akar putih.
4. Membenamkan belerang untuk melindungi tanaman baru jika ditanam pada lahan bekas perkebunan karet.
5. Jangan menanam ubi jalar dan ubi kayu di sela tanaman karet karena tanaman ini sebagai inang penyakit tanaman putih.
6. Membongkar tanaman sakit yang sudah parah. Dan di bekas galian harus di bubuhi belerang sebanyak 200 gram.

b. Penyakit akar merah
Penyebab penyakit akar merah adalah ganoderma pseudoperrum.bentuk badan buah jamur berbentuk topidan tersusun pada pangkal batang tanaman.permukaan badan atas berwarna merah coklat, dan permukaan bawahnya berwarna putih kelabupenuh lubang keciltempat spora. Badan buahnya mengeras dan pengeriput.
Gejala penyakit ini adalah warna daun berubah menjadi hijau pucat suram, kemudian menguning dan akirnya gugur. Perakaranya di liputi benang benang jamur berwarna merah muda sampai merah tua. Dalam keadaan kering micelia jamur berubah warna menjadi putih, jika di basahi akan kembali berwarna merah. Micellia jamur jamur ini sangat menempel erat pada akar dan mengikat tanah sehingga membentuk semacam kerak. Akar tanaman yang sakit akan membusuk dan berwarna jingga kehitaman. Bila ditekan akan mengeluarkan cairan.
Penyakit akar merah merupakan penyakit berbahaya pada tanaman karet. Penyakit ini sering dijumpai pada tanaman yang dewasa dan tua. Seranganya sangat lambat sehingga gejalanya baru nampak setelah tanaman terinfeksi lama dan akan mengalami kematian setelah 5 tahun terserang jamur ini. Penularanya penyakit ini umumnya dengan cara persinggungan akar yang sakit dan sehat. Tetapi bisa juga dengan cara diterbangkan angin.
Pengendalian:
Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit akar putih yaitu:
1. Pemeriksaan dilakukan selama 6 atau 12 bulan sekali terutama untuk tanaman yang berumur di bawah 5 tahun.
2. Pengendalian harus segera dilakukan bila terjadi pucat atau kuning dan akiar terdapat micellia merah.
3. Tanaman yang sudah di kendalikan penyakitnya haruslah di perinksa lagi untuk memastikan penyakit benar benar terkendalikan.

c. Penyakit akar lain
a. Penyakit akar coklat (phellinus noxius)
b. Penyakit leher akar (Ustulina maxima)
c. Penyakit akar kerbau ( sphaerostilbe repens)
Untuk serangan penyakit ini tidak sampai mematikan Cuma hanya saja tanaman terganggu dalam pertumbuhanya.
Pengendalian penyakit ini
1. Pengendalian dengan pungisida.
2. Penyakit yang menyerang batang
a. Jamur upas
Penyebab penyakit ini ialah jamur upasia salmonicolor. Jamur ini memiliki empat tingkatan perkembangan. Mula-mula terbentuk lapisan jamur tipis dan berwarna putih pada permukaan kulit (tingkat sarang laba laba) kemudian jamur ini membentuk sekumpulan benang jamur (tingkat bongkol). Pada perkembangan selanjutnya membentuk lapisan kerak berwarna merah muda ( tingkat kortisium), pada tingkatan ini jamur sudah masuk dalam lapisan kayu. Akhirnya jamur membentuk lapisan tebal berwarna merah tua (tingkat nekator).
Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman sehingga mengakibatkancabang dan tajuk mudah patah atau mati. Seranganya sering di jumpai pada tanaman muda antara 3-7 tahun. Kebun di daerah kelembabanya yang tinggi dan memiliki curah hujan yang tinggi yang mudah terserang penyakit jamur upas. Penularan penyakit ini ialah dengan cara penyebaran angin. Jamur upas sangat banyak memproduksi spora pada lapisan kerak berwarna merah lapiran tebal berwarna merar tuapada kulit yang terserang. Bila bagian itu diketok akan mengeluarkan spora yang bertaburan.

Gejala penyakit ini adalah pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang benang berwarna putih sutera. sekumpulan benang ini membentuk lapisan kerak berwarna merah yang akirnya berubah menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Bagian tanaman yang terserang akan mengeluarkan cairan lateks berwarna coklat kehitaman yang keluar seperti terluka. Jika di biarkan tanaman yang terserang akan membusuk dan berubah menjadi kehitaman, mengering, dan terkelupas. Bagian kayu bawah kulit menjadi rusak dan menghitam. Jika terjadi serangan pada percabangan tanaman akan mati dan mudah patah jika terkena angin.

Pengendalian penyakit:
1. Penanaman tanaman yang tahan terhadap penyakit jamur upas, seperti; GT 1, PR 255, PR 300, PR 107.
2. Penanaman sesuai anjuran dan sesuai keadaan di daerah tersebut.
3. Pengendalian dilakukan secepat mungkin saat tingkat sarang laba laba.
4. Tanaman yang sudah mati haru segera di musnahkan dan tunggul di taburi pungisida.
5. Jika percabangan sudah terkena, maka kulit harus di kupas dan dilumuri pungisida.

b. Kanker bercak
Penyebab penyakit ini ialah jamur phytopthora palmivora. Jamur ini mempunyai bennag benang warna putih yang tidak jelas bila dilihat dengan kasat mata. Kerusakan karna penyakit kanker bercak ialah kerusakan pada kulit luar bidang sadap atau kulit percabangan sehingga tanaman akan tumbuh tidak normal dan akirnya mati. Serangan banyak terjadi di daerah yang kelembapanya tinggi dan beriklim basah. Penyebaran spora bisa lewat angin, arus air, percikan air, dan vektor.
Gejala penyakit ini ika di lihat dari awal sulit untuk terdeteksi langsung, karena serangan di mulai dari bawah kulit. Bila kulit atau cabang di kerok akan terlihat berwarna coklat kemerahan atau berbau busuk. Bagian batang yang terserang biasanya pecah dan mengeluarkan latek, dan akan di kerumuni serangga penggerek batang.
Pengendalianya:
a. Penanaman tahan penyakit sperti GT 1
b. Jarak tanam datur sesuai daerah dan anjuran.
c. Sanistasi
d. Kulit yang membusuk di potong sampai ke bagian yang sehat.

c. Penyakit Busuk Pangkal Batang.
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Botrydiplodia theobromae.
Buah badan yang spesifik dapat menghasilkan spora yang banyakdalam kulit batang yang terserangpenularan biasanya terjadioleh angin dan air hujan. Umumnya tanaman yang terserang adalah tanaman muda yang baru akan disadap. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa serangan pada tanaman yang berumur 3 tahun adalah 30 %. Tanaman yang berumur 4 tahun 66 %. Tetapi tanamn yang sudah berumur 5 tahun keatas cendrung tidak terserang. Serangan penyakit ini dimulai setelah musim kemarau panjang, tanamn kekurangan air, kondisi tanaman kurang sehat, atau luka karena terkena alat pertanian. Kelembapan tinggi akibat hujan dan suhu udarayang rendah akan memacu perkembangan spora cendawan ini.
Gejala awal sulit di ketahui, dibutuhkan kecermatan. Pada “kaki gajah” tampak kulitnya kering dah pecah pecah sedangkan kayu bagian atas masih baik dan utuh. Lambat laun bagian kulit menjadi hitam dan bagian kayu akan rusak, akirnya kerusakan menjalar ke bagian atas di ikuti rusaknya bagian kayu. Akirnya tanaman mudah patah karena tidak mampu menahan tajuk.
Pengendalian penyakit ini ada banyak hal, antara lain:
a. Pemberian pungisida harus tepat terutama padatanamn yang tingkat seranganya di bawah tahapan kerusakan lanjut.
b. Pemupukan diberi pada dosis dan waktu yang tepat.
c. Tanaman yang sakit harus segerak di musnahkan dan di ganti denan tanamn yang baru.

3. Penyakit bidang sadap
a. Kanker garis
Penyebab penyakit ini di sebabkan oleh cendawan phytophthora palmivora. Yang juga penyebab kanker bercak. penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan benjolan atau cekungan cekungan pada bidang sadap lama sehingga untuk penyadapan kulit berikutnya sulit untuk dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada pada kebun-kebun yang tingkat kelembapanya tinggi, kebung yang beriklm basah, terutama bidang sadap terlalu dekat dengan tanah. Penyebaran penyakit ini melalui spora yang terbawa oleh angin, hujan, percikan air, pada pohon yang bidang sadap rendah mudah tertular penyakit ini.
Gejala penyakit ini adalah awal terserang ditandai dengan adanya selaput tipis warna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap akan tampak garis garis tampak berwarna coklat atau kehitaman. Garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain yang membentuk jalur hitam dan tampak seperti retakan pada kulit pulihan.
Terkadang di bawah kulit pulihan terdapat gumpalan lateks akibat dari pecahnya kulit. Dari bagian ini akan keluar lateks yang berwarna coklat dan berbau busuk. Busuknya bidang sadap akan mengakibatkan menghambat pemulihan kulit.
Pengendalian penyakit
1. Menanam varietas tahan penyakit, seperti: PR 300 dan PR 303. Tidak dianjurkan menggunakan bibit PR 107, PR 261, LBC 1320, atau WR 101 untuk di daerah beriklim basah. Karena ini mudah terserang penyakit.
2. Jarak tanamn di sesuaikan dengan keadaan dan anjuran.
3. Sanistasi
4. Pemupukan sesuai dosis
5. Penyadapan jangan terlalu dalam.
6. Hindari penyadapan dekat dengan tanah.
7. Pengendalian dengan fungisida.
8. Bila ada bagian yang membusuk koreklah bagian tersebut dan dilumasi dengan pungisida.
9. Sebelum penyadapan, dianjurkan untuk melumasi pisau dengan Difolatan 4 F sebanyak 1%.
b. Mouldy rot.
Penyebab adalah cendawan Ceratocystis fimbriata, jamur ini membentuk benang hifa yangmembentuk lapisan yang berwarna kelabu. Pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan oleh bagian tanamn yang sakit dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Mouldy menyababkan luka luka pada bidang sadap sehingga pemulihan kulit terganggu, akibatnya bidang sadap bergelombang dan sulit penyadapan berikutnya. Bahkan adakalanya bidang sadap akan rusak sama sekali sehingga tidak bisa di sadap lagi. Serangan mouldy rot biasanya pada saat musim penghujan dan daerah daerah berkelembapan tinggi, beriklim basah, dan bisadng sadap dekat dengan permukaan tanah.
Penularan penyakit ini melalui spora yang di terbangkan oleh angin, air hujan, dan bisa melalui pisau bidang sadap pada saat penyadapan pohon yang sakit. Penyebaran lewat angin bisa melewati jarak yang jauh, karna spora bisa di sebarkan oleh angin.
Gejala penyakit ini adalah mula mula tampak selaput tipis berwarna putih pada alur bidang sadap. Selaput ini kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beledu berwarna kelabusejajar dengan alur sadap. Bila lapisan kelabu ini di kerok akan tampak bintik bintik berwarna coklat atau hitam. Serangan ini akan meluas sampai ke kambium bahkan masuk sampai ke dalam kayu. Jika bagian yang sakit tampak membusuk akan berwarna hitam kecoklatan maka serangan sudah parah, bekas serangan akan memebentuk kecungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap.
Pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan bibit tahan penyakit
2. Pengaturan jarak tanam
3. Sanistasi
4. Pemupukan yang sesuai anjuran
5. Penyadapan jangan terlalu dalam dan sering.
6. Tanaman yang sakit harus di kendalikan.
7. Setiap kali penyadapan, pisau sebelum penyadapan harus di celupkan ke difolatan 4F 1% dan 80 W 1 %.

c. Brown bast.
Penyebab penyakit ini disebabkan oleh karena penyadapan yang selalu sering apalagi penyadapan yang di ransang lateks. Tanaman yang tumbuhnya subur, yang berasal drai biji, dan tanaman yang masih membentuk daun baru tanaman yang seperti ini yang saring terserang.
Penyakit ini berbahaya bagi pertumbuhan karetkarena menurunkan produksi lateks yang cukup berarti. Alur sadap bisa menjadi kering sehingga lateks tidak bisa mengalir. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian bagi tanaman karet dan juga tidak menular.
Gejala peyakit brown bast gejala awal ditandai dengan tidak mengalir lateks dari sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi coklat karena bagian ini berbentuk gum (blendok). Kulit tampak pecah pecah, dan pada batang terjadi pembengkakan atau tonjolan.
Pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Penyadapan jangan terlalu sering dan peragsang lateks.
2. Jika karet sudah banyak yang menurut air lateksnya karena sudah terkena penyakit ini, usahakan kurangi penyadapan dan cpt pengendalian. Dan atau diistirahatkan sampai sembuh.

4. Penyakit daun.
a. Penyakit embun tepung
Penyakit embun tepung adalah jamur Oidium haveae sehingga penyakit ini disebut Oidium. Jamur ini memiliki benang benang berwarna putihyang merupakan tempat menghasilkan spora. Sporanya seperti tepung halus mudah diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci di atas permukaan daun oleh air hujan. Penyakit ini sangat merugikan bagi pertanian karet karena daun muda berguguran. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat, produksi lateks menurun, dan produksi biji merosot. Serangan paling hebat akan terjadi bila cuaca kering diselingi hujan yang singkat di malam hariatau di pagi hari pada saat tanaman sedang membentuk daun daun muda. Serangan akan lebih besar terjadi di kebun pada ketinggian 300 m dari permukaan laut. Penularan penyakit ini memalui spora yang diterbangkan oleh angib atau embun, dapat mencapai jarak yang jauh.
Gejala penyakit ini adalah daun muda berwarna hitam, lemas, keriput, dan seperti lendir. Di bawah permukaan daun terdapat bercak bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terjadi dari benang benang hifa dan spora jamur.pada serangan lanjut daun dan tangkai akan gugur. Helaian daun yang tua bercak kuning, tetapi hanya beberapa helai gugur. Serangan pada bunga menyebabkan bunga gugur.
Pengendalian penyakit ini adalah
1. Menanam varietas yang tahan terhadap penyakit.
2. Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk N dengan dosis tinggi. Sebaiknya 2 kali dosis anjuran pada saat daun daun baru mulai terbentuk.
3. Klon yang peka di okulasi dengan tanaman yang tahan penyakit.
4. Pemberian serbuk belerang seminggu sekali selama lima minggu, dilakukan pada saat 10 % pohon tersebut membentuk daun baru dan mulai terserang penyakit embun tepung.

b. Penyakit colletotrichum
Penyebab penyakit ini adalah cendawan colletotrichum gloeosporides. Spora banyak dihasilkan pada bercak bercak-bercak daun. Dalam cuaca lembab atau hujan. Benang benang hifa kurang jelas jika dilihat dengan kasat mata. Cendawan ini mengakibatkan daun tanaman karet gugur sehingga pertumbuhan tanaman cendrung terhambat. Serangan penyakit sering terjadi saat tanaman masih berbentuk daun muda pada musim hujan. Dan juga tanaman yang di daerah tinggi dan curah hujan yang tinggi seranganya sangat hebat. Penularan penyakit ini melalui spora yang di terbangkan oleh angin atau hujan. Penyebaran spora biasanya pada malam hari, pada cuaca lembab dan pada saat hujan.
Gejala penyakit ini adalah daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung, dan akirnya gugur. Daun tua tampak bercak bercak coklat atau hitam kemudian menjadi lubang, mengeriput dan sebagian ujungnya mati. Pucuk, ranting, dan buah gejalanya seperti pada daun.

Pengendalian penyakit ini adalah
1. Penanaman tanaman yang tahan penyakit
2. Pemberian pupuk yang ekstra,
3. Pengokulasian dengan tanaman yang tahan.
4. Daun digugurkan lebih awal dengan penyemprotan dengan asam kakodilik.
5. Penggunaan fungisida.
c. Penyakit Phytophtora
Gejala
Gejala awal tampak pada buah yang berwarna hitam dan membusuk. Daun buah, serangan akan menular hingga ke daun tangkainya sehingga dalam beberapa minggu kemudian daun dan tangkain gugur.
Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora botriosa atau Phytophthora palmivora.
Pengendalian
a. Klon yaang peka terhadap penyakit ini jangan di tananami,didaearh yang sering terserang penyakit ini. Seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1 atau PR 107.
b. Perlindungan tanaman dari seranga cendawan Phytophthora botriosa atau Phytophthora palmivora. Dilakukan penyemprotan dengan fungisida.
d. Penyakit Corynespora
Gejala
Daun muda tampak bercak hitam seperti menyirip kemudian lemas, pucat, dan ujungnya mati serta menggulung. Daun tua juga tampak berbercak hitam dan menyirip, tetapi lebih jelas.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Corynespora cassiicola.
Pengendalian
a. Klon yang peka terhadap penyakit ini jangan di tananami,didaearh yang sering terserang penyakit ini. Seperti PPn 2058, PPN 2444, PPN 2447, dan lain-lain.
b. Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk nitrogen dengan dosis yang tinggi (dua kali dosis anjuran) pada saat daun-daun baru mulai terbentuk.
c. Klon yang peka pucuknya diokulasi dengan klon yang tahan untuk mendapatkan klon baru yang lebih tahan terhadap penyakit ini.
d. Penyakit ini bisa ditekan penyebabnya dengan bahan kimia Mankozeb dan Tridemorf untuk tanamanyang belum menghasilkan.

e. Penyakit Helminthosporium
Gejala
Mula-mula daun muda menjadi hitam dan menggulung kemudian gugur. Daun yang dewasa berbinti-bintik cokelat lambat laun membesar dan berbentuk bundar.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium hevea.
Pengendalian
a. Persemaian atau pembibitan dibuat ditanah yang subur dan tidak berpasir agar tanaman bisa tumbuh dengan baik dan tidak mudah kekeringan.
b. Persemaian diberi naungan agar penyinaran langsung dapat di cegah.
c. Pemupukan harus dengan dosis yang tepat, tidak terlalu banyak nitrogen.
d. Tanaman harus dilindungi dengan fungisida Dithane M-45 0,25 atau Daconil 0,2%.fungisida harus diberikan sebyak empat kali dengan selang seminggu dimulai daun-daun baru terbentuk.

BAB. IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penyakit karet ada bermacam macam cara penyerangan dan pengendalian ada penyakit tanaman yang bisa mematikan tanaman dan ada yang tidak mematikan tetapi walaupun tidak mematikan tanaman juga sangat merugikan karena yang namanya penyakit tidak ada yang menguntungkan bagi tanaman dan petani karet itu sendiri. Dan cara pengendalian juga ada yang sama dari beberapa penyakit dan ada yang berbeda, untuk pengendalian kebanyakan kita mengendalikan yaitu dengan teknologi PHT ( Pengendalian Hama Terpadu).

B. Saran
Untuk setiap usaha pertanian karet kita harus cekatan dalam mengendalikan penyakitnya, karena penyakit ini ada yang tidak terlihat oleh mata kita sendiri tiba tiba sudah tidak mengeluarkan lateks dan tiba tiba mati. Maka dari pengendalian harus dengan pengarahan penyuluh dan banyak baca refrensi untuk mengetahui bagaimana pengenalan penyakit dan mengendalikanya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Setiawan, ir. Didit Heru & Andoko, drs. Agustus, Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia. Jakarta. 2008.
2. Abednego JG, Pengolahan Karet Crepa, Bogor Balai Penelitian Perkebunan, 1989.
3. Tim penulis , Penduan Lengkap Karet., penebar swadaya, anggota ikapi, 2011.
4. Untung, Oni. Peremajaan Karet Ala Goodyear, Trubus 324, 1996.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun