Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nulis, Komen & tak Terasa Hampir 5 Tahun di Kompasiana

3 Agustus 2015   08:22 Diperbarui: 3 Agustus 2015   08:27 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah orang yang suka melihat ke belakang hidup saya, mengingat tentang masa-masa dulu. Meskipun demikian saya tidak ingin seperti Gatsby dalam novel E. Scott Fitzgerald yang terjebak dalam keindahan dan harapan di masa lalu. Bagi saya masa lalu adalah pengingat bagaimana saya dulunya, dari mana asal saya dan apa saya ini (karena saya tahu bahwa saya hanyalah 1 dari sekian banyak seperma yang berjuang untuk bisa sampai ke sel telur hehehe). Dan hingga hari ini pun saya sering melihat kebelakang dan mengenang saat-saat dulu.

Entah sudah berapa banyak cerpen yang saya tulis, dan beberapa dari cerpen-cerpen itu sudah tak ada lagi di leptop karena leptop sering sakit dan harus disembuhkan dengan instal ulang . Sekali lagi saya bersyukur adanya Kompasiana yang menjadi tempat saya menyimpan cerpen-cerpen itu agar tidak hilang. Pernah dulu terpikir oleh saya untuk menerbitkan kumpulan cerpen, namun karena malas mengumpulkannya kembali (alasan banget ya. Padahal bilang aja sulit mencari penerbit mayor yang mau menerbitkan kumpulan cerpen hehehe) maka saya pun mengulurkan niat itu.

Saya selalu percaya setiap orang pasti akan menemukan sebuah momentum dalam hidup, saat ketika sebuah keberuntungan yang sudah direncanakan sejak lama datang seperti hujan lebat yang seolah tiada akhir (mulai ngaur deh). Walau ada saja orang-orang yang sangat beruntung (bukan saya) yang terkesan sangat mudah (menurut saya) mendapatkan momentum itu, seperti kisah hidup Haruki Murakami yang saya baca beberapa hari yang lalu, bahwa dia menulis sebuah novel dan dengan beruntungnya novel itu memenangkan sebuah lomba dan laku dipasaran, padahal sebelumnya dia tidak pernah menulis fiksi (sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa bukan). Memang di dunia ini ada saja orang seperti itu dan bagi saya yang ternyata bukan orang yang seberuntung itu harus terus berjuang untuk bisa mendapatkan keberuntungan itu. Tekun dan tidak cepat puas adalah kunci utama saya dan hingga hari ini pun perjuangan ini tidak pernah surut.

Penolakan bukanlah akhir dari segalanya, mengirim naskah lalu ditolak, itu merupakan pengalaman yang sangat berarti, jangan pernah malu dengan penolakan karena yang seharusnya malu adalah orang-orang yang tidak pernah mau mencoba karena takut ditolak. Sekali atau bahkan berkali-kali ditolak akan mengajarkan kita banyak hal dan mulai memahami apa yang seharusnya kita lakukan, sebab ingat tidak semua orang bisa beruntung, jadi ciptakanlah keberuntungan itu dengan berusaha. Tetap menulis, tetap berjuang dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. Amin

~

Jangan pergi terlalu lembut ke dalam malam yang kelam

Masa tua akan terbakar dan hujatan akan mengakhiri hari

Amarah, amarah terhadap cahaya yang memudar

Walau pria bijak tahu bahwa kegelapan itu benar

Karena perkataan mereka bermakna ganda

Jangan pergi terlalu lembut ke dalam malam yang kelam

Amarah, amarah terhadap cahaya yang memudar

(terjemah penggelan puisi Dylan Thomas)

 

Gambar : milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun