Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nulis, Komen & tak Terasa Hampir 5 Tahun di Kompasiana

3 Agustus 2015   08:22 Diperbarui: 3 Agustus 2015   08:27 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba kita lihat dunia dari kolong langit, begitu luas seolah tidak berujung, namun jika kita berjalan menuju timur dengan benar, maka kita akan menemukan barat di sana dan demikian juga sebaliknya. Mungkin demikianlah halnya dengan jodoh dan cinta, selalu dicari terlalu jauh namun pada akhirnya kembali ketempat pertama kali kita mencari.

 ~

Ini adalah kata-kata yang ada di dalam naskah Novel saya (Mahakama) yang saat ini sedang berjuang di salah satu penerbit lokal, setelah sebelumnya saya berhasil menerbitkan novel cecintaan berjudul ‘Bersamamu Dalam Batas Waktu’. Semua ini diawali dengan keisengan menulis di blog kompasiana pada 6 september 2010 dan tidak terasa sekarang sudah 2015, berarti sudah hampir 5 tahun saya menulis (walau sangat saya sayangkan akun saya yang dulu lupa pasword-nya “biasa penyakit tua”).

Dulu ketika awal-awal menulis, tulisan saya benar-benar kacau tanpa pola (walau sekarang juga masih sama hehe), sejak dulu saya sangat menyukai fiksi, hobi saya pun membaca buku-buku fiksi. Karena terlalu suka membaca buku-buku fiksi akhirnya muncul pertanyaan dalam diri saya, mengapa saya tidak mencoba menulis fiksi saja. Dan saya bersyukur dengan keberadaan kompasiana yang telah memberikan media bagi saya untuk bisa menulis.

Mungkin teman-teman semua tahu seperti apa Kompasiana bekerja, ditambah lagi ada banyak grup dan komunitas yang terdapat di dalamnya sehingga berbalas komentar mulai yang waras hingga yang kacau balau selalu ramai setiap harinya. Dan hal ini juga terkadang membuat admin Kompasiana kewalahan menghadapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi (tetap semangat buat para admin ya).

Tahun 2010 adalah tahun akhir-akhir saya di bangku kuliah dan walau saya selalu sibuk dengan tugas akhir dan praktek yang super padat, saya selalu menyempatkan diri untuk mampir di Kompasiana, walau kadang hanya untuk baca tanpa komen, untuk komen tidak jelas, atau untuk mempublis tulisan yang kebanyakan isinya hanya fiksi.

Banyak orang-orang yang saya kenal lewat Kompasiana (jelas tak bisa saya sebutkan satu-per-satu) dan hingga hari ini masih sering bertegur sapa di sosial media. Jujur saya adalah seorang penyendiri yang sulit untuk bergaul di dunia luar, dan lewat Kompasiana semua yang sulit saya lakukan di dunia nyata, berjalan sangat mudah disini. Tanpa saya sadari Kompasiana sudah membentuk saya menjadi orang yang mau mencoba membuka diri pada lingkungan sekitar saya di dunia nyata. (Jika dihitung saya banyak sekali berhutang budi pada Kompasiana hehehe)

Lalu pada tahun 2012, dengan pengalaman yang masih minim dan keteguhan hati untuk bisa menerbitkan sebuah novel saya pun berhasil menerbitkan novel pertama saya yang berjudul ‘Silent Memories’. Jelas novel pertama saya ini masih banyak kekurangannya (dan sekaligus membuat banyak orang pusing 7 keliling hehehe), tapi berawal dari itulah semangat saya untuk menyelesaikan naskah novel selanjutnya menjadi sangat ber api-api.

Silent Memories memang bukanlah novel yang bisa dikatakan sukses, paling tidak cukuplah untuk ukuran pemula seperti saya. Silent Memories hadir dengan cerita misteri yang kental dan ciri khas awal saya yang membiarkan pembaca menentukan bagaimana ending dari cerita akan terbentuk. Jika dalam novel ‘Bersamamu Dalam Batas Waktu’ saya memberikan dua ending, antara harapan pembaca dan kenyataan cerita yang terjadi, maka dalam Silent Memories saya memberikan sudut pandang yang ambigu kepada pembaca sehingga merekalah yang menentukan apa yang sebenarnya terjadi di akhir cerita. Memang hal seperti ini bukanlah hal yang bisa banyak ditemukan atau juga disukai, namun saya hanya ingin mencoba memberikan pengalaman yang aneh dan berbeda seperti diri saya yang sering kali di cap ‘aneh’ hehehe.

Ngomong-ngomong soal aneh saat ini saya juga sedang menulis naskah novel berjudul ‘Moonlight Sonata’ (sambil menunggu kabar naskah Mahakama saya dari penerbit) yang ceritanya berisikan sekumpulan orang-orang aneh di dunia surealisme yang kental. Entah kenapa saya selalu memasukkan unsur surialisme dalam setiap novel yang saya tulis (walau dalam Mahakama itu murni cerita normal yang berlatakan masa kerajaan kutai), seolah surialis memberikan ruang tersendiri bagi diri saya.

 Dalam Moonlight Sonata saya banyak bercerita tentang diri saya sendiri, mengapa demikian karena pada suatu hari saya pernah membaca sebuah kalimat “Gunakan waktumu untuk menulis kisah hidupmu sebelum akhirnya kau ingin membaca dan menceritakan kisah hidup orang lain”. Bodoh sekali saya jika tidak mencoba menceritakan kisah hidup saya yang aneh dan membosankan ini hehehe.

Saya adalah orang yang suka melihat ke belakang hidup saya, mengingat tentang masa-masa dulu. Meskipun demikian saya tidak ingin seperti Gatsby dalam novel E. Scott Fitzgerald yang terjebak dalam keindahan dan harapan di masa lalu. Bagi saya masa lalu adalah pengingat bagaimana saya dulunya, dari mana asal saya dan apa saya ini (karena saya tahu bahwa saya hanyalah 1 dari sekian banyak seperma yang berjuang untuk bisa sampai ke sel telur hehehe). Dan hingga hari ini pun saya sering melihat kebelakang dan mengenang saat-saat dulu.

Entah sudah berapa banyak cerpen yang saya tulis, dan beberapa dari cerpen-cerpen itu sudah tak ada lagi di leptop karena leptop sering sakit dan harus disembuhkan dengan instal ulang . Sekali lagi saya bersyukur adanya Kompasiana yang menjadi tempat saya menyimpan cerpen-cerpen itu agar tidak hilang. Pernah dulu terpikir oleh saya untuk menerbitkan kumpulan cerpen, namun karena malas mengumpulkannya kembali (alasan banget ya. Padahal bilang aja sulit mencari penerbit mayor yang mau menerbitkan kumpulan cerpen hehehe) maka saya pun mengulurkan niat itu.

Saya selalu percaya setiap orang pasti akan menemukan sebuah momentum dalam hidup, saat ketika sebuah keberuntungan yang sudah direncanakan sejak lama datang seperti hujan lebat yang seolah tiada akhir (mulai ngaur deh). Walau ada saja orang-orang yang sangat beruntung (bukan saya) yang terkesan sangat mudah (menurut saya) mendapatkan momentum itu, seperti kisah hidup Haruki Murakami yang saya baca beberapa hari yang lalu, bahwa dia menulis sebuah novel dan dengan beruntungnya novel itu memenangkan sebuah lomba dan laku dipasaran, padahal sebelumnya dia tidak pernah menulis fiksi (sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa bukan). Memang di dunia ini ada saja orang seperti itu dan bagi saya yang ternyata bukan orang yang seberuntung itu harus terus berjuang untuk bisa mendapatkan keberuntungan itu. Tekun dan tidak cepat puas adalah kunci utama saya dan hingga hari ini pun perjuangan ini tidak pernah surut.

Penolakan bukanlah akhir dari segalanya, mengirim naskah lalu ditolak, itu merupakan pengalaman yang sangat berarti, jangan pernah malu dengan penolakan karena yang seharusnya malu adalah orang-orang yang tidak pernah mau mencoba karena takut ditolak. Sekali atau bahkan berkali-kali ditolak akan mengajarkan kita banyak hal dan mulai memahami apa yang seharusnya kita lakukan, sebab ingat tidak semua orang bisa beruntung, jadi ciptakanlah keberuntungan itu dengan berusaha. Tetap menulis, tetap berjuang dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. Amin

~

Jangan pergi terlalu lembut ke dalam malam yang kelam

Masa tua akan terbakar dan hujatan akan mengakhiri hari

Amarah, amarah terhadap cahaya yang memudar

Walau pria bijak tahu bahwa kegelapan itu benar

Karena perkataan mereka bermakna ganda

Jangan pergi terlalu lembut ke dalam malam yang kelam

Amarah, amarah terhadap cahaya yang memudar

(terjemah penggelan puisi Dylan Thomas)

 

Gambar : milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun