“Kita harus membawanya ke rumah sakit hewan,” ucap Berang-berang panik.
Bangau mengangguk. “Tapi kita harus memasang tutup bak terlebih dahulu, hujan akan segera turun.”
Berang-berang pun menyelesaikan pekerjaan Jerapah yang hampir selesai tadi kemudian Bangau kembali melanjutkan perjalanan dan mencari rumah sakit hewan yang ada di pinggir jalan. Walau hanya sebuah kelinik kecil, Bangau dan Berang-berang sangat bersyukur bisa menemukan tempat itu. Jerapah langsung dirawat di sana sedangkan Bangau dan Berang-berang menunggu di ruang tunggu kelinik.
Di luar hujan sudah turun, demikian juga dengan malam yang sudah menguasai angkasa.
“Ini salahku,” ucap bangau tiba-tiba. “Andai saja waktu itu aku menghentikan truk terlebih dahulu, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.”
“Sudahlah tak usah menyalahkan diri sendiri,” Berang-berang menambahkan. “Dia akan baikan, dia hanya terbentur sedikit. Kau tahukan leher Jerapah itu sangat kuat.”
“Dimana kau tahu bahwa leher Jerapah itu kuat?.”
“Di televisi!.” Berang-berang sedikit tertawa. “Waktu itu aku melihat video Jerapah bertengkar, mereka menggunakan leher mereka untuk saling pukul. Jelas sekali leher mereka sangat kuat.”
Bangau tersenyum. “Untunglah kalau begitu.”
“Apa kau tahu sesuatu tentang Jerapah?.” Tanya Berang-berang pada Bangau.
“Sesuatu seperti apa?.” Bangau bertanya balik.