Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulangnya Bangau, Berang-berang dan Jerapah

21 Juli 2015   15:33 Diperbarui: 21 Juli 2015   15:33 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari begitu cerah, awan-awan juga jarang terlihat menggumpal, angin bertiup sepoy, dan hari itu merupakan hari yang bagus untuk melakukan perjalan. Bangau dan Berang-berang tiba di depan rumah dengan mobil truk yang dipinjam Berang-berang pada temannya (Monyet). Jerapah berdiri di depan pagar rumah dengan beberapa tas yang bertumpuk di sampingnya.

Tas-tas tadi dimasukkan ke dalam bak truk kemudian Jerapah naik ke bak truk. Bangau menyupir sedangkan Berang-berang duduk di sebelah Bangau sambil memegang satu pak kantong muntah yang sudah disiapkannya. Pintu kecil diantara bak truk dibuka agar Jerapah bisa melihat dan berkomunikasi dengan Bangau dan Berang-berang. Dan perjalanan itu pun dimulai.

Awalnya semua berjalan lancar dan biasa-biasa saja, mereka bertiga membisu seperti seharusnya yang mereka harapkan. Pepohonan dan tiang listrik seolah berlari meninggalkan mereka, kadang terasa menyapa mereka, namun semakin lama pemandangan itu semakin membosankan seperti diamnya mereka yang jadi sangat membosankan. Melewati dua bukit yang dihiasi pepohonan cemara semuanya masih biasa saja, lalu ketika matahari sudah berada di tengah cakrawala, Berang-berang mulai merasa pusing, dia menarik satu kantong muntah dan meletakkannya dimulut, wajahnya jadi pucat dia terlihat gelisah.

“Kau mau muntah?,” tanya bangau memelankan laju truk

Belum sempat menjawab Berang-berang sudah muntah begitu banyak, sampai-sampai 1 kantong muntah saja tidak cukup untuknya. Bangau menghentikan truk dan memarkirkannya di pinggir jalan. Berang-berang turun dan melanjutkan muntahnya di pinggir jalan. Jerapah menjenguk dari atas bak, memerhatikan saudaranya yang berubah lesu dan pucat.

“Kita akan mencari rumah makan untuk beristirahat,” ucap Bangau yang kemudian menyalakan lagi mesin truk.

Berang-berang kembali masuk ke truk, dia bersandar sambil menekan perutnya yang mual, kepalanya pusing luar biasa dan tanpa disadarinya air matanya keluar begitu saja.

“Kau menangis,” ucap Jerapah yang menjenguk di pintu kecil di belakng.

“Diam, Bodoh. Apa kau tidak melihat.” Bangau marah.

Rasa mual muncul lagi, dengan penuh derita Berang-berang muntah lagi dikantong muntahnya, karena memang tak ada lagi yang bisa dimuntahkan maka perutnya jadi sangat sakit, dia meringkuk penuh rintih.

“Bertahanlah sejenak lagi, aku sedang mencari rumah makan.” Ucap Bangau panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun