Mohon tunggu...
Jack Sparrow
Jack Sparrow Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Otak Singkong Rebus

29 Desember 2017   05:49 Diperbarui: 29 Desember 2017   06:14 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Datang dengan cara baik untuk hal kebaikan, semestinya menggunakan cara-cara yang juga baik. Bukan malah datang menggunakan Visa turis atau wisata, tapi malah melakukan kegiatan berdakwah => bekerja => dan menghasilkan uang".

Begitu penjelasan pihak Imigrasi menjelaskan duduk perkara kenapa pencekalan terhadap Ustad yang hendak datang, akhirnya harus dilakukan.

Jika diperhatikan, ini hanya kasus sederhana saja sebenarnya. Maksudnya adalah, jika datang tujuanya hanya sekedar untuk plesiran, ya gunakan Visa wisata. Tapi jika datang menggunakan Visa plesiran tapi malah melakukan kegiatan yang menghasilkan uang, ya jelas dicekal. Dideportasi lalu dipulangkan.

"Lagian kami juga sering melakukan hal seperti ini kok. Ribuan orang kami cekal karena melakukan pelanggaran yang sama. Tapi kenapa yang satu ini begitu heboh?".Pihak Imigrasi melanjutkan.

Well, selain konfirmasi ini sebagai bentuk pelurusan atas berita-berita yang sudah terlanjur dibengkokan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, konfirmasi ini juga sekaligus memberitahukan kepada kita warga Indonesia, akan pentingnya sikap disiplin untuk mengikuti sebuah aturan. Terlebih jika sedang berada di Negeri orang.

Tak peduli sesepele apa kita menganggap peraturan itu. Yang namanya peraturan, ya sudah semestinya harus dijalankan. Jangan malah berfikir untuk melanggarnya. Sebab peraturan itu dibuat adalah untuk hal-hal yang sudah pasti bermanfaat.

Salah satu contoh lain misalnya ketika kita sedang berada perempatan jalan. Saat lampu bangjo sedang merah, itu artinya bahwa kita tidak boleh lewat. Kalau saja masih tetap ngotot untuk lewat hanya karena ingin dianggap hebat, percayalah, petaka berdarah pasti akan terjadi.

Coba tengok, sudah seberapa banyak orang mati atau cacat seumur hidup hanya gara-gara sikap bodoh yang tak mau disiplin dan gemar sekali melanggar aturan? Ribuan? Lebih..! Jutaan? Bahkan lebih.

Jadi bisa disimpulkan, bahwa penyebab kasus pencekalan ini bisa sampai terjadi sebenarnya hanya gara-gara kebiasaan sikap yang memang suka sekali melanggar aturan. Tidak kurang dan tidak lebih.

"Tapi Jack, itu kan hanya aturan yang dibuat manusia. Kita kan tidak boleh mengikuti aturan apapun yang bukan buatan Tuhan?!"

"Maaf, siapa itu tadi yang bicara?".

"Saya, Jack".

"Bisa tolong maju kedepan?!".

"Siap!".

"PLAAKK..! PLAAKK!"

"Aduh, kok kamu mukul saya?"

"Otakmu itu terbuat dari apa, Njul?".

"Singkong rebus!".

"Subhanallah..!"

**

Menarik memang memperhatikan keterbelakangan cara fikir semacam ini. Meski tau menertawakan orang itu berdosa, tetap saja saya tertawa terpingkal-pingkal karenanya.

Lebih daripada itu, hal inipun jadi kembali mengingatkan saya akan nasehat Simbok beberapa minggu lalu. Bahwa katanya, "Untuk melihat ahlak dan kepribadian seseorang, cukup lihat saja seberapa sering orang itu gemar melanggar aturan. Kalau hanya aturan sesepele itu saja tetap dilanggar, bagaimana dengan aturan-aturan lain yang memiliki level tinggi kedisiplinan? Ngimpii..!"

"Instrupsi, Jack".

"Apa? Mau saya tempeleng lagi?".

"Enggak kok, enggak.! Cuma mau kasih tau itu ada bapak-bapak nerobos lampu merah".

"Ohh, makasih..! Priiiiitttt..Priiiiitttt..! Stoooppp..! Berhentii..! Maaf pak Ustad. Bapak saya tilang".

"Lho, salah saya apa pak?".

"Bapak naik Motor bukanya pake Helm malah pake Sorban".

"Pak Jack Muslim?".

"Yes, saya Muslim".

"Jaman kenabian kan Rosulullah tidak pernah pake Helm?!".

"Maaf, apa pak Ustadz orang tuanya Panjul?".

"Iya pak.".

"Ooww..! pantes..!"

"Kenapa emang?

"Otaknya terbuat dari singkong rebus kan?"

Krik..krik..krik..krik..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun