Malam ini aku berkunjung ke rumah sahabat lama di DreamLand. Saya mengetuk pintunya dan dia membukanya dengan muka yang muram. Tidak seperti biasanya dia menyambutku dengan wajah yang kusut.
"hei, ada yang salah denganmu kali ini."
"yah, kamu tahu inilah hidup, meskipun ini di duniaku tetap ada yang salah dan di luar kendaliku."
" katakan padaku masalahmu, bukankah seorang teman adalah teman berbagi masalah?" tanya ku sambil menyeruput blue ocean.
" Denish, kamu tahukan bagaimana kisah cintaku?"
" yah, sedikit banyak." jawabku.
" Katakan padaku apa yang kamu ketahui."
Lalu aku menjawab, " kamu pernah jatuh cinta pada elf rissa, namun kamu menertawakannya saat ia jujur dengan perasaannya. kamu pernah mempermalukan fairy Jane saat ia membawakan puding buatannya ketika kita di kantin. Dan yang tidak bisa kulupakan, kamu merendahkan Kagome foxy saat ia memberikan syall rajutannya sendiri pada ulang tahunmu yang ke 350."
"ya aku akui semua itu kekhilafan, tapi aku tidak yakin itu khilaf karena melakukkanya lebih dari 2 kali." ujarnya murung.
Sejenak aku mengumpulakn energi di sekitarku dan memproyeksikan dengan mata ajna ku sebuah kartu. Ya 5 cups, kartu yang bergambarkan seorang pria dengan jubah hitam memandangi 3 becana yang tertumpah dan membelakangi 2 becana yang masih tegak berdiri.
" Ranz, aku bukan pria yang pandai dalam sebuah hubungan, karena hubungan ku yang terkahir dengan Alya Elf tidak juga lebih baik, tpi sebagai seorang teman izinkan aku memberikan ini padamu."
aku meletakkan kartu 5 of cups itu ditangannya. Dia memandangi kartu berlapiskan emas itu dan melihat gambarannya.
" Ranz,  masalahmu adalah masalah setiap mahluk ciptaanNya dan pasti semua orang pernah mengalaminya. Bahkan saat dirimu sudah menyukai seseorang yang menyukai kamu, yang ada adalah kamu mengira - ngiranya dan meragukannya entah karena gengsimu atau harga dirimu yang terlalu tinggi . Namun saat kamu diabaikan oleh orang tersebut. Kamu mencari pembenaran  sikap mengira ngria dan meragukan  tersebut untuk membela diri bahwa keraguanmu itu beralasan. Memang beralasan, namun semakin kamu membela diri semakin berharap juga dirimu ia kembali seperti dulu.
" Ranz , semua sudah berubah, isi bejananya telah tumpah dan tidak mungkin lagi kamu kembalikan, tpi lihat masih ada 2 bejana yang tegap berdiri, masih ada 2 kesempatan yang diberikan padamu untuk memperbaiki dan tidak melakukan sikap yang membuat 3 bejana terdahulu tumpah. Tidak usah menangis apa yang terjadi, yang ada adalah sebuah pembelajaran. Mungkin kamu saat ini terluka oleh kecerobohan, ego atau keangkuhanmu, tapi bukankah luka dan cidera juga mebuat kita lebih kuat. Percayalah semua ini bukan semata mata tentang hasil, namun terkadang proses juga sebuah nilai yang sama berharganya dengan pencapaian.
" denish, aku senang kamu berkunjung ke sini, aku menjadi sadar bahwa terkadang seseorang harus merendahkan diri, membuang ego, dan keangkuhan untuk memahami rahasia semesta.  Mungkin jika aku terus mempertahankan standardku, semua bejana akan tumpah dan tidak ada lagi yang bisa aku perbaiki karena semua telah hilang."
" Hmmm Ranz, cobalah dengan orang baru, jangan ingkari perasaanmu jika kamu memang menyukai orang tersebut kelak, belajarlah dari hal menyakitkan dari masa lalu. Terkadang memperbaiki segala sesuatu yang salah tidak harus kepada orangnya, tapi bisa juga dengan tidak melakukan kesalahan yang sama kepada orang yang akan datang kepada kita."
Ranz sahabatku mengangguk sambil menambahkan blue ocean ke cangkirku.
"Baiklah Ranz, sepertinya hari sudah pagi, banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di dunia manusia, yah mungkin tidak setiap saat aku bisa mengunjungimu, tapi aku percaya semua akan baik -baik saja untukmu."
(Journey To dreamLand)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H