Mohon tunggu...
Daniel Simanullang
Daniel Simanullang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lucid Dreamer/ Tarot Reader/ Pengamat Sepakbola/ Pecinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Bejana yang Tumpah

31 Juli 2014   02:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:49 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

aku meletakkan kartu 5 of cups itu ditangannya. Dia memandangi kartu berlapiskan emas itu dan melihat gambarannya.

" Ranz,  masalahmu adalah masalah setiap mahluk ciptaanNya dan pasti semua orang pernah mengalaminya. Bahkan saat dirimu sudah menyukai seseorang yang menyukai kamu, yang ada adalah kamu mengira - ngiranya dan meragukannya entah karena gengsimu atau harga dirimu yang terlalu tinggi . Namun saat kamu diabaikan oleh orang tersebut. Kamu mencari pembenaran  sikap mengira ngria dan meragukan  tersebut untuk membela diri bahwa keraguanmu itu beralasan. Memang beralasan, namun semakin kamu membela diri semakin berharap juga dirimu ia kembali seperti dulu.

" Ranz , semua sudah berubah, isi bejananya telah tumpah dan tidak mungkin lagi kamu kembalikan, tpi lihat masih ada 2 bejana yang tegap berdiri, masih ada 2 kesempatan yang diberikan padamu untuk memperbaiki dan tidak melakukan sikap yang membuat 3 bejana terdahulu tumpah. Tidak usah menangis apa yang terjadi, yang ada adalah sebuah pembelajaran. Mungkin kamu saat ini terluka oleh kecerobohan, ego atau keangkuhanmu, tapi bukankah luka dan cidera juga mebuat kita lebih kuat. Percayalah semua ini bukan semata mata tentang hasil, namun terkadang proses juga sebuah nilai yang sama berharganya dengan pencapaian.

" denish, aku senang kamu berkunjung ke sini, aku menjadi sadar bahwa terkadang seseorang harus merendahkan diri, membuang ego, dan keangkuhan untuk memahami rahasia semesta.  Mungkin jika aku terus mempertahankan standardku, semua bejana akan tumpah dan tidak ada lagi yang bisa aku perbaiki karena semua telah hilang."

" Hmmm Ranz, cobalah dengan orang baru, jangan ingkari perasaanmu jika kamu memang menyukai orang tersebut kelak, belajarlah dari hal menyakitkan dari masa lalu. Terkadang memperbaiki segala sesuatu yang salah tidak harus kepada orangnya, tapi bisa juga dengan tidak melakukan kesalahan yang sama kepada orang yang akan datang kepada kita."

Ranz sahabatku mengangguk sambil menambahkan blue ocean ke cangkirku.

"Baiklah Ranz, sepertinya hari sudah pagi, banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di dunia manusia, yah mungkin tidak setiap saat aku bisa mengunjungimu, tapi aku percaya semua akan baik -baik saja untukmu."

(Journey To dreamLand)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun