Saya akui, belajar keikhlasan adalah sesuatu yang paling sulit dilakukan, terlebih apabila itu adalah hal yang kita idamkan. Coba bisa teman-teman refleksikan ke kehidupan teman-teman, bagaimana perasaan teman-teman saat menerima hal-hal yang tidak sesuai perkiraan teman-teman? Sedih? Sakit? Atau pedih? Itu semua bisa dan sangat mungkin terjadi.Â
Karena tidak mungkin kita dapat belajar keikhlasan tanpa pernah merasakan bagaimana sulitnya menerima pilihan atau keputusan yang sulit. Bagi saya, Tuhan masih adil, memberikan saya orang-orang yang setia menemani dan mendukung bagaimanapun keadaan saya. Saya diberikan kesempatan lebih dulu untuk merasakan betapa berartinya sebuah perjuangan, sebelum saya memasuki kehidupan luar yang sebenarnya; kehidupan bermasyarakat. Di dunia perkuliahan ini menuntut dan membiasakan kemandirian, kejujuran, dan keteguhan hati untuk saya.Â
Belajar untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri  adalah fokus utamanya.
Tetapi, perjuangan saya tidak berhenti sampai disana. Karena Tuhan punya caranya sendiri menyabarkan hati saya. Meneguhkan hati saya, menjadi sekuat baja, walaupun naluri sebagai seorang perempuan untuk peka melihat situasi yang ada, tetap terasah.Â
Ya. Saya belajar dari banyak kegagalan yang saya alami. Sebenarnya Tuhan mengerti apa yang memang saya butuhkan. Dari sini, saya belajar untuk lebih menghargai orang lain, setiap orang memiliki spesialisasi masing-masing, jangan hanya mau menerima, tapi juga biasakan lah memberi.Â
Mendapat sesuatu atau tidak, adalah tidak penting, karena yang terpenting adalah proses yang kita jalani menjadi pribadi yang siap terjun ke masyarakat, menjadi bahagia dengan cara kita masing-masing. Karena individu yang sehat mentalnya, tidak hanya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi harus dapat merasakan kebahagiaan (subjective well being).
Resiliensi, adalah kemampuan individu dalam mengatasi tekanan kehidupan yang dihadapi sehari-hari. Hal ini yang membuat saya survivedisini. Kalau kamu belum bisa menemukan makna kehidupan, maka temukanlah orang-orang yang bisa mengisi hari-hari mu menjadi lebih berwarna. Bahagia bisa kita ciptakan, kawan. Mengenali apa tujuan yang ingin dicapai, dan bagaimana proses yang telah ditempuh, menjadi kekuatan tersendiri untuk saya.
Selama di perkuliahan ini, saya memilih jalan yang berbeda dengan teman-teman kebanyakan, yaitu marching band, part timer, dan wirausaha kecil-kecilan. Ini yang membuat diri saya bangga menjadi diri saya sendiri. Karena rasanya bahagia bisa berkarya, bisa mandiri, dan menghasilkan uang sendiri walaupun hanya untuk tambah-tambah uang jajan, membuat saya selalu bersyukur, bahwa dibalik kegagalan yang saya alami.
 Tuhan punya caranya sendiri membuat saya berbeda #Guebeda, membuat kreatif dan aktif! Terbukti dengan ini saya memutar otak lebih keras agar ketiga kegiatan luar akademik ini dapat berjalan dengan baik, tanpa mengesampingkan akademis saya.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, dari sekian banyak mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah pulang), saya tidak, hehe. Saya memilih untuk kucing-kucing (kuliah-marching, kuliah-marching). Menjadi pemain marching band adalah hal yang baru bagi saya. Benar-benar belajar dari 0.Â
Jadwalnya yang padat dan menyita waktu, tak terelakkan lagi, mengharuskan saya mengatur waktu se-efisien mungkin untuk membagi antara tugas kuliah yang tidak kunjung habis, dan prestasi ke-marching band-an untuk menyabet juara di kejuaraan nasional marching band setiap tahunnya.