Epilog
Demikianlah sekelumit cerita Kiai Tumenggung Jayapati. Mengingat terbatasnya sumber, jelas masih banyak yang perlu digali dari salah satu tokoh historis ini. Jadi, tulisan ini baru semacam rintisan untuk penelitian lebih jauh.
Sebagaimana yang disebutkan pada bagian awal, dalam merekonstruksi peristiwa masa lalu yang menyangkut Jayapati, untuk mereduksi bias Belanda, penulis melakukan reinterpretasi pada buku sumber, De Bandjermasinche Krijg. Akan tetapi, bahkan dengan upaya itu pun tak sepenuhnya dapat melepaskan bias tersebut, mengingat proses peristiwa benar-benar berdasarkan sudut pandang operasi militer mereka. Misal, penggambaran tentang kelengkapan dan jumlah pasukan yang dikerahkan, siapa komandan yang ditunjuk, dan jalannya situasi digambarkan dengan detil. Sebaliknya, peta kekuatan pihak lawan, dalam hal ini Jayapati dan kekuatan pribumi hanya digambarkan melalui laporan mata-mata, dan atau laporan pandangan mata mereka langsung saat kejadian. Kita tidak tahu bagaimana misalnya proses rekruitmen Jayapati hingga dapat menghimpun 120 orang pengikut mempertahankan benteng mereka dari serangan Belanda, relasi-relasi apa yang ia gunakan hingga mendapatkan loyalitas banyak orang? Atau, darimana mereka mendapatkan senjata-senjata, serta banyak detil-detil lain? Belum lagi menukik pada soal pilihan politik. Faktor-faktor apa yang mendorong Jayapati berada di kubu pejuang, mengingat dalam Perang Banjar elit-elit pribumi tidak satu warna. Tidak sedikit juga di antara mereka berdiri bersama kekuatan kolonial yang nantinya terbukti mampu menciptakan stabilitas dan kemapanan karir. Sekali lagi, kita buta akan hal-hal detil itu. Ini masalahnya karena minimnya sumber, terutama sumber tertulis dari pihak pribumi.
Terlepas dari persoalan-persoalan di atas, sepertinya dapat disepakati bahwa berdasarkan temuan data yang ada, ia Jayapati adalah seorang tokoh berpengaruh kuat. Faktor inilah yang membentuknya sebagai salah satu pemimpin perlawanan, khususnya di daerah Batang Alai terhadap Belanda. Bagi publik banua, khususnya yang berasal dari daerah Batang Alai sudah seyogianya mulai mengenal dan meneladani kisah yang sarat akan semangat juang dan patriotisme yang ditorehkan oleh tokoh kita ini. Dalam suasana gempita kemerdekaan ini, maka mengisinya dengan peri kebaikan dan menghindarkan diri dari laku keburukan adalah sebuah keniscayaan.
Jakarta, 01/09/2021