Sori, Tisha. Sudah lama aku nggak nengokin kamu.
Tunggu! Dia memberi nama buku hariannya Tisha? Kurasa dia adalah orang introvert dan tidak punya teman di kehidupan nyata. Mungkin buku hariannya adalah sahabat baiknya.
Sekarang aku sudah nggak marah-marah lagi dan I feel better. Mungkin aku bukan orang yang pendendam. Jadi aku bersyukur. Tis, sekarang aku mau cerita yang lain. Kali ini aku mau cerita tentang cowok-cowok di kelas III B.
Apa?? Jadi si penulis masih kelas 3 SMP alias kelas 9 sewaktu menulis buku harian ini. Kurasa kami punya kemiripan. Aku juga mulai menulis buku harian saat kelas 9, tapi aku menulisnya di laptop dan diberi kata sandi. Bahaya karena kakakku yang iseng bisa membacanya diam-diam jika tidak diberi kata sandi. Aku kembali membaca.
Kayaknya aku perlu mengenalkan mereka satu-persatu. Mereka itu Brim, Timon, Peron, si Mbah, Jendral. Brim itu orangnya baik, kelihatannya, nggak tahu juga aslinya bagaimana. Dia perhatian banget sama aku. Tapi aku tetap merasa risih kalau harus mengobrol dengannya, karena dia masih satu geng dengan Lena, Dewi, Mira, Siena. Itu loh, kelompok cewek-cewek yang merasa diri paling keren sedunia. Terus, kalau Peron orangnya kece. Lumayan lah, kalau dinilai 8 gitu. Tapi orangnya materialistis. Mungkin karena anak OKB (orang kaya baru). Jujur, sih, sebenarnya aku nggak suka sama dia. Guyonannya super ngeres alias mesum. Kamu juga pasti nggak bakal senang, Tis.
Kalau Timon orangnya lain lagi. Dia cuek, cakep, gagah, tapi serba berlebihan. Nilainya 8. Tapi aku nggak pernah ngobrol sama dia karena nggak pernah diajakin ngobrol. Kayaknya kalau mau naksir aku pikir lagi 1000 kali. Beda banget sama si Mbah yang kocak, kece, keren lagi. Sayangnya sama aku juga jarang ngobrol. Males. Yang terakhir, Jendral. Orangnya simpatik, gagah. Dulu waktu kelas 2 kami akrab, tapi sekarang dia berubah. Kami jadi cuek-cuekan. Duh, kayaknya nggak ada yang beres, nih!
Tanpa sadar aku tertawa. Kocak juga nih, si penulis. Naksir cowok tapi nggak pernah ngobrol. Lalu semua cowok-cowok yang ditaksirnya diberi nama samaran. Tebakanku itu semua nama samaran. Masa ada cowok bernama Timon. Setahuku Timon itu nama karakter di film Lion King.
Kakakku, Andro, yang kebetulan lewat pintu kamarku yang terbuka langsung melongok ke dalam.
"Eh, kenapa lo?! Kok, ketawa sendiri. Hiiiy kesurupan!" komentarnya setengah meledek.
"Apaan sih?! Sana pergi!" usirku.
Namun, dia malah berjalan mendekati. Apalagi setelah melihat buku yang sedang kupegang.