Mohon tunggu...
Liza Irman
Liza Irman Mohon Tunggu... -

Saya suka menulis, itu saja...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Hidup di Negara Keras, Guru Menyakiti Murid... Malah Didukung

8 Juni 2016   18:46 Diperbarui: 8 Juni 2016   18:50 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mr. Coombes mundur selangkah lalu berdiri mantap sambil meregangkan kaki. Aku berpikir betapa kecil dan tegang bokong Thwaites kelihatannya. Mr. Coombes memusatkan perhatian pada bokong Thwaites. Ia mengangkat rotan yang dipegangnya tinggi-tinggi melewati bahu, dan saat ia mengayunkannya, terdengar bunyi mendesing keras, dan selanjutnya terdengar letusan seperti suara pistol saat rotan itu menyentuh bokong Thwaites.

Thwaites kecil seperti terangkat dari lantai sekitar tiga puluh sentimeter dan ia menjerit "Aw-w-w-w-w-w-w-w-w-w!" lalu tersentak kaget seperti karet.

...

Giliranku akhirnya tiba? Pikiranku terbang ke sana kemari dan pandanganku mengabur saat aku maju untuk membungkuk. Aku ingat saat itu aku berharap ibuku tiba-tiba mendobrak pintu dan berteriak, "Stop! Beraninya Anda berbuat itu pada anakku!" Tapi ia tidak datang. Yang aku dengar hanya suara Mrs. Pratchett yang melengking dan menakutkan di belakangku, memekik, "Anak ini yang paling bebal di antara anak-anak sial itu, Kepala Sekolah! Pastikan kau memukulnya dengan keras!"

Atau dalam bab "Kepala Sekolah":

Sampai saat ini aku yakin kau akan bertanya-tanya mengapa di buku ini aku sangat menekankan kebiasaan memukul murid. Jawabannya adalah karena aku tak dapat menahan diri untuk tidak menuliskannya. Selama bersekolah aku merasa muak pada fakta bahwa para master dan anak-anak senior diizinkan melukai anak-anak lain, kadang-kadang dengan begitu kejamnya. Aku tak dapat melupakannya. Aku tak pernah melupakannya.

...

Michael diperintahkan menurunkan celananya dan berlutut di sofa milik Kepala Sekolah dengan bagian atas tubuhnya tergantung di salah satu ujung sofa. Pria hebat itu kemudian memberikan satu pukulan keras. Setelah itu, jeda. Rotan diletakkan dan Kepala Sekolah mulai mengisi pipanya dengan tembakau dari kaleng. Ia juga mulai berceramah pada si anak yang berlutut tentang dosa dan perbuatan tercela. Tak lama, rotan itu diambil kembali dan pukulan keras kedua dihantamkan kebokong yang gemetar tersebut. Lalu urusan pengisian pipa dan ceramah dimulai kembali selama sekitar tiga puluh detik. Lalu datang pukulan ketiga.

...

Proses yang lambat dan menakutkan ini berlangsung hingga sepuluh pukulan yang mengerikan dijatuhkan, dan selama itu, di antara menyalakan pipa dan menyalakan korek api, pelajaran mengenai kejahatan, perbuatan tercela, dosa, penyimpangan, dan kesalahan terus berlangsung tanpa henti, bahkan saat pukulan dilancarkan.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun